Dentuman Gunung Anak Krakatau 14 Kali Permenit

- 28 Desember 2018, 18:07 WIB
PSX_20181228_180453
PSX_20181228_180453

SERANG, (KB).- Sekretaris Badan Geology Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Antonius Ratdomopurbo mengatakan dentuman aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) terjadi hingga 14 kali dalam satu menit sejak Kamis (27/12/2018). Karena alasan tersebut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status GAK ke level III (Siaga). “Sampai 14 kali dentumannya. Setiap 5-7 detik itu dentumannya sejak kemarin (Kamis). Tapi sekarang agak turun jadi 9 kali per menit, tapi fluktuasi. Kalau turun bukan berarti turun terus, kalau turun kadang naik juga,” ujar Sekretaris Badan Geology Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Antonius Ratdomopurbo kepada Kabar Banten saat ditemui di Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Jumat (28/12/2018). Purbo menjelaskan, walau dentuman itu sangat tinggi intensitasnya, namun itu bukan berarti bahaya. Malah menurutnya itu adalah data yang terus dipantau. Melalui dentuman itu, pihaknya bisa memantau status kekuatan dan parameter seperti apa. “Paramerter berapa tambah kecil atau gimana, itu berpengaruh dalam melihat mekanismenya. Kita kan vulkanologi ini memahami gunung ini kenapa, itu datanya dibangun. Kan dentuman ada frekuensinya kadang tinggi rendah atau gimana kita punya datanya,” tuturnya. Ia menuturkan, karena tingginya intensitas dentuman tersebut maka atas kesepakatan bersama status aktivitas GAK pun dinaikan ke level III (Siaga). Sebab dengan tingginya dentuman berarti flow debit magma pun semakin besar. “Kalau sampai 14 dentuman per menit itu berarti dalam 5 detik sekail, itu seperti enggak berhenti,” ucapnya. Sampai saat ini pihaknya masih belum mencabut status Siaga GAK. Sebab berdasarkan pengalaman status tersebut tidak pernah berlaku hanya dalam waktu sehari. Status itu bisa saja dinaikan atau bertahan lama jika aktivitas gunung meningkat. “Jadi tergantung gunungnya. Bisa saja turun, kalau turun ya masa kita juga enggak menurunkan statusnya,” tuturnya. Sementara, Kepala Badan Geology Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar mengatakan, untuk memastikan kondisi GAK tersebut, di pos pemantauan ada empat pengamat, enam vulkanologi, dan teknisi yang sewaktu-waktu bisa memperbaiki peralatan di sekitar GAK. “Jadi full personel kita dalam rangka memberikan pengamatan aktivitas gak agar dapat diinfokan aman tidak,” ujarnya. Rudy menuturkan, kenaikan status GAK tersebut dikarenakan pihaknya sudah melakuakn evaluasi terlebih dahulu. Berdasarkan hasil evaluasi selama dua hari belakangan aktivitas GAK cukup meningkat. “Dan ditambah lagi beberapa hari lalu sudah ada jatuhan abu yang masuk ke daratan. Artinya sudah ada wilayah terdampak, selama ini wilayah terdampaknya hanya di lingkaran GAK saja. Kemarin wilayah terdampak di Anyer dan Cilegon dengan ketebalan 1 mm. Mudah mudahan tidak ada lagi. Karena pada saat itu ada letusan dengan ketinggian lebih dari 2.500 dan kemudian arah angin menuju ke wilayah timur laut. Terus tremor juga meningkat dilihat dari seismograf kisaranya 15-20 mili,” tuturnya. Disinggung soal alat pemantau, sejak enam bulan terakhir pihaknya sudah memasang empat alat seismograf namun tiga diantaranya sudah rusak. Rencananya pihaknya akan menambah dua lagi yang dipasang di Pulau Panjang dan Pulau Rakata. “Kami sudah siapkan untuk rencana itu tapi karena ada ancaman lontaran, ada ancaman longsoran, sehingga mengganggu gelombag disana. Kalau situasi sudah tenang mungkin kita bisa mendarat disana Pulo Panjang dan Rakata. Karena pulau itu masuk radius 5 km,” katanya. (DN)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah