Tinjau Pos Pemantau, Jonan Bantah Tsunami Disebabkan Longsor Gunung Anak Krakatau

- 28 Desember 2018, 19:36 WIB
SERANG, (KB).- Menteri Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) Ignasius Jonan membantah jika penyebab tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK). Oleh karena itu Jonan akan berkoordinasi dengan LIPI, BPPT, Geologi dan BMKG untuk mempelajari penyebab tsunami tersebut. “Ini secara teori kalau aktivtias vulkanis GAK ini yang sebenarnya sangat pesat belakangan di September tahun ini kalau di bandingkan ketinggian erupsi maupun amplitudonya. Kalau sekarang ini ya mungkin enggak ada seperempat dari September makanya saya juga minta koordinasi dengan LIPI, BPPT, Geologi dan BMKG untuk mempelajari kira-kira tsunami yang terjadi tempo hari itu akibat apa saja. Longsor yang besar di tubuh GAK atau ada hal lain,” ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan kepada wartawan saat meninjau pos pemantauan GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Jumat (28/12/2018). Jonan mengatakan, jika memang disebabkan GAK maka perlu longsoran yang sangat besar hingga mampu menimbulkan tsunami. Oleh karena itu dirinya membantah jika tsunami tersebut terjadi akibat aktivitas GAK. “Sekali lagi kalau aktivitas tsunami karena gunung itu enggak, karena kalau itu letusan GAK besar sekali pas September kemarin. Itu (Aktivitas GAK) bisa potensi salah satu tapi mungkin ada faktor lain yang sekarang oleh para ahli dilihat lagi,” tuturnya. Disinggung soal hasil tinjauan di pos pemantauan GAK, Jonan mengatakan untuk saat ini alat pemantau aktivitas vulkanis GAK sudah cukup. Hanya saja ada beberapa alat seismograf yang rusak yang terpasang di bawah kaki GAK. “Nah yang rusak itu coba dipindah dan pinjam alat dari tempat lain. Karena kalau harus pengadaan lama sekali waktunya,” katanya. Ia juga menjelaskan, untuk mengantisipasi adanya tsunami seperti yang terjadi tempo hari, pihaknya sudah bekerjasama atau sharing data dan pengetahuan dengan beberapa negara seperti Australia, Francis, Amerika dan Jepang. Dengan demikian, disamping akurasi data karena menggunakan satelit, kerjasama ini juga berupa sharing analisa penyebab dan solusi apa yang harus disiapkan kemudian hari. “Sifatnya kita sharing data dan knowledge (pengetahuan) tentang itu (kegeologian). Kelongsoran mungkin terjadi di negara lain. Karena ini pertama kali ada tsunami tanpa didahului gempa biasanya tsunami itu ada gempa besar dulu,” tuturnya. Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah mengatakan, untuk mengantisipasi terjadinya tsunami susulan, ia mengaku sudah memindahkan masyarakat Anyer-Cinangka ke lokasi pengungsian. Bahkan posisinya pun sudah dipastikan sesuai dengan apa yang diperintahkan BMKG yakni 5 kilometer dari GAK. “Dan itu terus kami pantau, kalau turun juga hanya siang sebentar tapi malam sudah kembali lagi. Titik pengungsian di dua kecamatan insyaallah aman,” ujarnya. Tatu juga mengaku sudah rapat terbatas dengan jajaran Pemkab Serang, bahwa korban tsunami tersebut kebanyakan berupa warung yang berada di bibir pantai. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal serupa terjadi, pihaknya berencana untuk membeli lahan di seberang jalan dan harus menata warung mereka. “Kalau korban masyarakat sedikit hanya dua, kemudian tamu totalnya 20. Kita mau rapihkan dan kita yang bangunkannya. Vila itu tadi pak menteri menyampaikan saya harus berkirim surat untuk memetakan zonasi disini. Karena hotel terlalu nempel ke pantai waktu masih masuk Jabar dan itu membahayakan tamu. Soal jarak aman nanti saya ke teknis yang punya ilmunya karena pemetaaan ini bukan saya,” tuturnya. (DN)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah