SERANG, (KB).- Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) memang fluktuatif selama beberapa hari ini. Sempat berhenti erupsi Jumat (28/12/2018) lalu, namun Gunung Anak Krakatau yang lahir sekitar tahun 1927 tersebut kembali erupsi Sabtu-Jumat (29/12/2018 - 4/1/2019). Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api wilayah barat pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kristianto mengatakan, kondisi terkini GAK seperti dilaporkan aktivitasnya masih dalam fase erupsi. Hal itu ditandai dengan banyaknya letusan yang masih terjadi dan dipantau baik secara visual maupun seismik. Kristianto menjelaskan, untuk gempa sendiri terpantau di seismograf ada gempa letusan dan gempa tremor menerus yang kisarannya antara 2-14 milimeter dengan dominan 7 milimeter. "Itu menunjukkan aktivitas GAK masih tinggi," katanya. Ia mengatakan, berdasarkan pantauannya selama dua hari belakangan ini, visual memang agak jelas. Tampak ketinggian letusan abu vulkanik mencapai kisaran 200-1.500 meter di atas puncak GAK. "Kalau dentuman jarang terpantau. Tadi malam saja ada suara gemuruh itu kemungkinan berasosiasi dengan sinar api sekitar pukul 20.33. Hari ini sampai baru terjadi 19 kali, dan kemarin 14 kali," tuturnya. Aktivitas GAK memang sempat berhenti pada Jumat (28/12/2018) namun kemudian erupsi lagi pada Sabtu (29/12/2018). "Mungkin bukan terhenti tapi ada jeda. Tanggal 28 menurun, tapi kemudian 29 dan 30 terlihat lagi. Aktivitas GAK ini fluktuatif. Kalau dibandingkan amplitudo tremor lebih tinggi September Oktober," ujarnya. Disinggung soal adanya retakan di badan GAK, menurut dia retakan itu hal biasa. Bahkan adanya retakan itu sering kali diasosiasikan dengan kemunculan lubang solfatara maupun fumarol. "Kalau di gunung api menurut kami itu (retakan) fenomena biasa," ucapnya. Terkait adanya kemungkinan tsunami susulan akibat retakan tersebut, Kristianto mengaku belum melihat sejauh itu. "Kalau kami belum melihat sejauh itu. Kami tetap hanya menyampaikan aktivitas gunung api," tuturnya. Ia menuturkan, kondisi GAK ini bukan tidak terlalu berbahaya saat ini. Namun GAK memiliki potensi letusan dan produk letusan dengan lontaran material vulkanik yang dibatasi kurang dari 5 kilometer. "Sehingga masyarakat jangan mendekati GAK dalam radius 5 km. Jadi masyarakat yang kita lindungi," katanya.