Network
SERANG, (KB).- Baznas Provinsi Banten melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Pemprov Banten bekerja sama dengan Wali Care dan Grup Band Wali memugar 20 musala yang tersebar di seluruh wilayah Banten. Dalam kegiatannya, satu musala mendapatkan anggaran senilai Rp 75 juta dan pembangunan dilakukan secara swadaya.
Sekretaris UPZ Baznas Pemprov Banten Irwan Setiawan mengatakan, program ini terselenggara berkat adanya pertemuan antara Grup Band Wali dengan Gubernur Banten Wahidin Halim. Hasil pertemuan itu, gubernur menginstruksikan agar program rehab musala ini digaungkan.
"Ini program yang bagus untuk gaungkan semangat zakat di Banten. Wali Band diharapkan memberikan semangat dan sosialisasikan zakat agar bisa ditumbuhkembangkan di Banten," ujarnya kepada wartawan saat menggelar konferensi pers usai membongkar Musala Al Istikomah di Kampung Pasir Binong Desa Seuat Jaya, Kecamatan Petir, Rabu (4/12/2019).
Irvan mengatakan, Wali Care memiliki program rehab 100 musala. Tahap pertama ini, dilakukan kerja sama untuk 20 musala bersama Provinsi Banten.
"Sebanyak 80 musala lagi kerja sama Wali Care dengan pihak lain. Nilainya per musala Rp 75 juta. Kalau lihat besaran anggarannya, ini kecil. Jadi, diharapkan partisipasi masyarakat swadaya agar dapat ditumbuhkan," katanya.
Gitaris Grup Band Wali Aan Kurnia alias Apoy mengatakan, Wali Care bersama para wali dan bikers cari berkah sudah menyurvei lebih dahulu sebelum melakukan rehab. Tim lapangan tersebut disebar di beberapa wilayah. Seperti Pandeglang, Lebak, dan Serang, sesuai amanah UPZ Provinsi Banten dan Gubernur Banten Wahidin Halim.
"Alhamdulillah tim sudah maping. Seperti yang kita lihat ini, bukan desa fiktif, bukan musala fiktif. Ini konkret dan bentuk keseriusan Pemprov Banten dan Wali Care. Kami ucapkan terima kasih, semoga tidak sia-sia dari umat untuk umat," ucapnya.
Keyboardist Grup Band Wali Hamzah Shopie alias Ovie mengatakan, kesan pertama datang ke Kampung Pasir Binong adalah melihat musala yang benar-benar memprihatinkan. Kemudian di satu sisi, masyarakat sekitar antusias. Selain itu, religius dan aktif dalam salat lima waktu, juga pengajian.
"Itu jadi kesan kami. Memang banyak, ternyata musala yang tidak layak jadi sarana ibadah," ujarnya.
