KH. Mas Abdurahman Didorong Jadi Pahlawan Nasional

- 19 Desember 2019, 08:15 WIB
seminar usulan pahlawan KH Mas Abdurahman
seminar usulan pahlawan KH Mas Abdurahman

SERANG, (KB).- Dukungan KH. Mas Abdurahman menjadi salah satu pahlawan nasional terus mengalir. Tokoh pendiri Matla'ul Anwar (MA) tersebut dianggap berperan sebagai tokoh pendidikan yang turut memberikan sumbangsih terhadap upaya kemerdekaan Republik Indonesia.

Untuk memuluskan jalan tokoh yang lahir sekitar tahun 1975 tersebut, digelar seminar usulan KH. Mas Abdurahman menjadi pahlawan nasional yang dilaksanakan PB MA di Pendopo Gubernur Banten, KP3B, Kecamatan Curug, Kota Serang, Rabu (18/12/2019).

Hadir dalam kesempatan tersebut Sejarawan Bonnie Triyana, Sejarawan dari UIN SMH Banten Mufli Ali, Tokoh MA H.M Irsyad Djuwaeli, Ketua PB MA KH. Ahmad Sadeli Karim, dan tokoh lain serta puluhan peserta.

Ketua Umum PB MA KH. Ahmad Sadeli Karim mengatakan, dorongan menjadikan KH. Mas Abdurahman menjadi pahlawan nasional pertama kali muncul dalam Rakernas MA 2019 di Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang dari 31 Agustus hingga 1 September 2019.

"Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Rakernas Mathla'ul Anwar 2019 itu, Pengurus Besar Mathla'ul Anwar (PBMA) menyelenggarakan Seminar Usulan Pahlawan Nasional bagi KH. Mas Abdurrahman pada 28 November 2019 atas kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Pandeglang, bertempat di Pendopo Kabupaten Pandeglang," katanya.

Seminar usulan pahlawan nasional di daerah pengusul merupakan salah satu prasyarat yang ditentukan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK).

"Dari seminar itu ada rekomendasi dari Bupati Pandeglang kepada Gubernur Banten untuk mengusulkan secara resmi KH. Mas Abdurrahman bin Jamal sebagai pahlawan nasional," ucapnya.

Selanjutnya Gubernur Banten akan mengusulkan secara resmi KH. Mas Abdurrahman pahlawan nasional kepada presiden melalui dewan gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan, dengan surat pengantar dari Dinas Sosial Provinsi.

"Rekomendasi usulan pahlawan nasional dari gubernur itu akan disampaikan setelah adanya hasil sidang Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) tingkat provinsi," ujarnya.

KH. Mas Abdurrahman dinilai layak mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan nasional. Alasannya, tokoh yang wafat pada 16 Agustus 1944 ini adalah tokoh ulama dan pendidikan terkemuka di Banten. Semasa hidupnya ia juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan RI.

MA sebagai organisasi yang menjadi warisan KH. Mas Abdurahman didirikan berselang empat tahun setelah berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding Nahdlatul Ulama (NU).

"Muhammadiyah dirikan pada 18 November 1912 di Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan dan NU pada 31 Januari 1926 di Surabaya oleh KH. Hasyim Asy'ari," katanya.

Kini dalam usianya yang mencapai 103 tahun Mathla'ul Anwar telah memiliki pengurus wilayah di 30 provinsi, 63 perguruan, dan ribuan madrasah di seluruh Indonesia. Bahkan, MA telah memiliki perguruan tinggi yaitu Universitas Mathla'ul Anwar (Unma).

"Unma saat ini merupakan salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka di Provinsi Banten," ujarnya.

Lengkapi persyaratan

Sejarawan Bonnie Triyana menuturkan, dalam seminar tersebut disebutkan bahwa bahan-bahan terkait KH. Mas Abdurahman belum tersedia banyak dan harus cari lagi.

"Kalau kita melihat pengertiannya kepahlawanan itu sendiri memang ada beberapa hal yang perlu dipenuhi syaratnya," ujarnya.

Menurutnya, kepahlawanan KH. Mas Abdurahman lebih menonjol sebagai tokoh pendidikan seperti halnya pendiri Muhammdiyah KH. Ahmad Dahlan.

"Namun yang harus kita lihat juga ketika mendirikan banyak menghasilkan santri, santri itu ke mana saja. Apakah terlibat dalam peristiwa bersejarah dalam melawan otoritas kolonial," ucapnya.

Ia menuturkan, sesuatu yang dapat dikedepankan untuk mendorong KH. Mas Abdurahman menjadi pahlawan nasional adalah terkait perannya mendirikan institusi pendidikan.

"Di Menes (Kabupaten Pandeglang) saat itu, pada saat Pemerintah Hindia Belanda tidak memerhatikan. Kita tahu tadi baru ada sekolah kan satu sekolah misalkan, itu pun letaknya di Menes. Kalau kita lihat mungkin sekarang cikal bakalnya di Sodong agak ke pinggiran Menes. Untuk saat itu mungkin berguna untuk warga Menes," ujarnya.

Peran dalam mendirikan institusi pendidikan tersebut perlu dibuktikan oleh tim peneliti, terutama dalam landscape yang lebih luas yakni pendidikan di era kolonial pada saat itu.

"Misalkan apakah ada kaitan dengan wildoordonansi atau aturan pelarangan sekolah yang dianggap liar. Atau juga kaitannya dengan peristiwa 26 melawan otoritas kolonial waktu itu kerja sama masyarakat Islam dengan komunis misalkan. Dimana peran dia, itu harus digali," ucapnya.

Kemudian, kata dia, penelitian juga perlu dilakukan terhadap kitab yang ditulis KH. Mas Abdurahman.

"Seperti yang saya bilang dia seorang teolog. Dia mengajarkan bagaimana menyembah tuhan, bagaimana memandikan mayat, itu kan dalam kitab-kitab dia. Tapi kita harus melihat spektrum yang lebih luas lagi seperti apa," tuturnya. (SN)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah