Inilah Beberapa Kitab dan Karomah Syekh Nawawi Al Bantani yang Sangat Luar Biasa

4 Agustus 2023, 11:30 WIB
Ilustrasi terkait Beberapa kitab dan karomah Syekh Nawawi Al Bantani yang sangat luar biasa. /Tangkapan layar/Instagram @maktabah_rizkiawaniyah

KABAR BANTEN - Syekh Nawawi Al Bantani Al Jawi adalah ulama kelahiran Desa Tanara Kecamatan Tirtayasa Serang Banten pada 1813.

 

Syekh Nawawi Al Bantani menempati posisi utama tokoh kitab kuning Indonesia karena hasil karyanya menjadi rujukan utama berbagai pesantren di tanah air bahkan di luar negeri.

Syekh Nawawi Al Bantani bernama lengkap Abu Abdillah Al Mufti Muhammad Nawawi Bin Umar Al Tanari Al Bantani Al Jawi.

Baca Juga: 4 Cara Mengetahui Kekurangan Diri Sendiri Menurut Imam Al Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin

Sejak kecil Syekh Nawawi Al Bantani ia telah diarahkan oleh ayahnya KH. Umar Bin Arabi untuk menjadi seorang ulama.

Ayahnya menyerahkan Syekh Nawawi Al Bantani kepada KH. Sahal ulama terkenal di Banten.

Setalah Syekh Nawawi Al Bantani belajar kepada KH. Sahal Syekh Nawawi Al Bantani belajar kepada KH.Yusuf seorang ulama besar Purwakarta.

Ayah Syekh Nawawi Al Bantani adalah seorang pejabat penghulu, berdasarkan silsilahnya Ayah Syekh Nawawi Al Bantani merupakan keturunan Kesultanan Banten ke 12 dari Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Cirebon yaitu keturunan putra Maulana Hasanuddin Sultan Banten pertama yang bernama Suryararas Tanjul Arsi.

Ketika berusia 15 tahun Syekh Nawawi Al Bantani pergi ke Mekkah bersama dua orang saudaranya untuk menunaikan ibadah haji.

Akan tetapi setelah musim haji usai Syekh Nawawi Al Bantani tidak langsung pulang ke Indonesia.

Syekh Nawawi Al Bantani tetap tinggal di Mekkah ia memperdalam agama Islam kepada para ulama besar kelahiran Indonesia seperti Imam Masjid Masjidil Haram yaitu Syekh Ahmad khatib Sambas, Abdulgani Bima, Yusuf Subulanawi, Syeh Nahrawi, Syekh Ahmad Dimyati, Ahmad Zaini Dahlan, Muhammad Khatib Hambali, dan Syekh Abdul Hamid Dagestani.

Selama tiga tahun Syekh Nawawi Al Bantani menggali ilmu dari ulama-ulama Mekkah, setelah itu Syekh Nawawi Al Bantani kembali ke Indonesia.

Sepulangnya dari Mekkah Syekh Nawawi Al Bantani kemudian mengajar di pesantren ayahnya.

Namun di tanah air Syekh Nawawi Al Bantani tidak dapat mengembangkan ilmunya karena saat itu negara Indonesia sedang dijajah Belanda.

Akhirnya Syekh Nawawi Al Bantani kembali ke Mekkah dan tinggal di daerah Sit Ali.

Syekh Nawawi Al Bantani memiki kecerdasan dan ketekunan yang luar biasa hal tersebut menjadikan Syekh Nawawi Al Bantani sebagai murid terpandang di Masjidil Haram.

Dan akhirnya Syekh Nawawi Al Bantani dipercaya menjadi imam masjid Masjidil Haram untuk menggantikan Syeh Ahmad Khatib Sambas yang telah berusia lanjut.

Syekh Nawawi Al Bantani mendapat panggilan atau julukan Syekh Nawawi Al Bantani Al Jawi ia juga menjadi guru bagi siswa-siswa yang datang dari berbagai belahan dunia.

Murid-murid Syekh Nawawi Al Bantani yang berasal dari Indonesia adalah KH.Kholil Madura, KH. Asnawi Kudus, KH. Tubagus Bakri, KH. Arsyad dari Banten, KH. Hasim As Ari dari Jombang.

Mereka inilah yang kemudian menjadi ulama -ulama terkenal di Indonesia.

Syekh Nawawi Al Bantani sudah mulai giat menulis kitab dan dia termasuk penulis yang banyak melahirkan karya.

Baca Juga: 35 Kumpulan Kata-kata Mutiara Islami yang Menginspiratif dari Sahabat Nabi dan Tokoh Islam

Syekh Nawawi Al Bantani banyak menulis kitab tentang persoalan agama sekitar 34 kitab karya Syekh Nawawi Al Bantani.

Beberapa kalangan juga menyebutkam bahwa Syekh Nawawi Al Bantani juga telah menulis dari 100 judul buku dari berbagai disiplin ilmu.

Sebagian karya Syekh Nawawi Al Bantani di terbitkan di Timur Tengah.

Dengan karya-karya nya ini Syekh Nawawi Al Bantani ditempatkan sebagai Sayid ulama hijaj hingga kini.

Selanjutnya kitab-kitab karya Syekh Nawawi Al Bantani menjadi bagian dari kurikulum pendidikan agama di sejumlah pesantren di seluruh Indonesia, bahka di Malayasia, Filipina, Thailand dan juga di Timur Tengah.

Syekh Nawawi Al Bantani pun dijuluki Imam Nawawi kedua, Imam Nawawi pertama adalah yang menulis Sarat Sohih Muslim, Majmu, Riyadusholihin dan lain-lain.

Ia tetap dipanggil Syekh Nawawi Al Bantani bukan Imam Nawawi.

Nama Syekh Nawawi Al Bantani pun termasuk salah satu ulama besar abad ke 14 Hijriah 19 Masehi.

Tentu hal ini berkat karya-karya Syekh Nawawi Al Bantani yang tersebar luas dan ditulis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

Berkat kemasyhurannya Syekh Nawawi Al Bantani mendapat gelar Al Mulaki Sayid ulama Al Hijaj.

Karya-karya Syekh Nawawi Al Bantani pun banyak masuk di Indonesia, hal ini tentu berdampak pada perkembangan wacana keislaman di pesantren.

Sejak tahun 1888 kurikulum pesantren mulai ada perubahan mencolok, jika sebelumnya tidak ditemukan sumber referensi di bidang tafsir, usul fiqih, dan hadis, sejak saat itu bidang keilmuan tersebut mulai dikaji.

Perubahan ini juga tidak terlepas dari jasa tiga ulama Indonesia yaitu Syekh Nawawi Al Bantani, Syekh Ahmad Khatib, dan Kiyai Mahpus mastermas.

Karya-karya Syekh Nawawi Al Bantani memang sangat berpengaruh bagi pendidikan pesantren.

Sampai tahun 1990 diperkirakan terdapat 22 judul kitab tulisan Syekh Nawawi Al Bantani yang masih dipergunakan di pesantren.

Selain itu 11 kitab karya Syekh Nawawi Al Bantani populer sering digunakan sebagai kajian di pesantren-pesantren.

Penyebaran karya Syekh Nawawi Al Bantani di sejumlah pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia pun makin memperkokoh pengaruh ajaran Syekh Nawawi Al Bantani.

Penyebaran kitab-kitab karya Syekh Nawawi Al Bantani tersebut tidak terlepas dari jasa KH. Hasyim Ashari salah seorang murid Syekh Nawawi Al Bantani yang berasal dari Jombang.

KH. Hasyim Ashari lah yang memperkenalkan kitab-kitab karya Syekh Nawawi Al Bantani di pesantren-pesantren di Jawa.

Karya kitab tafsir Al Munir karya Syekh Nawawi Al Bantani sangat monumental bahkan ada yang mengatakan lebih baik dari kitab tafsir Jalalain karya Imam Jalaluddin Suyuti dan Imam Jalaluddin Al Mahali yang sangat terkenal itu.

Sementara Kasifa Al Saja Sarah merupakan Sarah atau komentar terhadap kitab fiqih Asafinatunaja karya Syekh Salim bin Sumai Al Hadrami.

Para pakar menyebut karya Syekh Nawawi Al Bantani lebih praktis ketimbang matan yang dikomentari nya.

Karya-karya kitab Syekh Nawawi Al Bantani dalam bidang Aqidah misalnya kitab Tijan Al Doruri, kitab Nur Al Dalam, sementara dalam bidang ilmu hadits misalnya kitab Tankihul Kaol.

Selain itu karya Syekh Nawawi Al Bantani dalam bidang ilmu fiqih seperti kitab Sulam Munajat, kitab Nihayah Al jah, kitab Kasidah as saja, dan kitab Nashaihul Ibad, kitab Ukudulizen.

Hampir semua pesantren memasukan kitab-kitab karya Syekh Nawawi Al Bantani dalam daftar paket bacaan wajib terutama di Bulan Ramadhan.

Baca Juga: Inilah Amalan Penghapus Dosa Menurut Syekh Nawawi Al Bantani Dalam Kitab Nihayatuz Zain

Syekh Nawawi Al Bantani juga mendapat gelar yang luar biasa sebagai As Sayid Al Ulama Al Hijaz atau tokoh ulama Hijaz.

Yang dimaksud dengan Hijaz adalah jajirah Arab yang sekarang ini disebut Saudi Arabia.

Sementara para ulama Indonesia meng anugrahi gelas sebagai Bapak kitab kuning Indonesia.

Selain mempunyai gelar dan karya-karya kitab kuning Syekh Nawawi Al Bantani juga mempunyai banyak murid yang menjadi ulama terkenal di Indonesia.

Syekh Nawawi Al Bantani juga ulama yang mempunyai karomah, berikut 5 karomah Syekh Nawawi Al Bantani sebagaimana dikutip Kabar Banten dari Channel YouTube Bujang Gotri:

1. Menjadikan telunjuknya sebagai lampu

Pada suatu waktu Syekh Nawawi Al Bantani pernah mengarang kitab dengan menggunakan telunjuk beliau sebagai lampu saat itu dalam sebuah perjalanan.

Karena tidak ada cahaya dalam rumah sementara aspirasi sedang kencang ngisi pikiranya, Syekh Nawawi Al Bantani kemudian berdoa memohon kepada Allah SWT agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu agar dapat menerangi jari kanannya yang digunakan untuk menulis itu.

Kitab yang kemudian lahir dengan nama Maraki Al Ubudiyah Sarah Matan Bidayah Al Bidayah itu harus dibayar beliau dengan cacat pada jari telunjuk kirinya.

Cahaya yang diberikan Allah pada jari telunjuk kiri beliau itu membawa bekas yang tidak hilang.

2. Melihat Ka'bah dengan telunjuknya

Karomah Syekh Nawawi Al Bantani yang lain juga diperlihatkan nya disaat mengunjungi salah satu Masjid di Jakarta yakini Masjid Pekojan.

Masjid yang dibangun oleh salah seorang keturunan cucu Rosulullah yaitu Sayid Usman Bin Yahya Al Alawi.

Masjid ulama dan mupti Betawi itu ternyata memiliki kiblat yang salah padahal yang menentukan kiblat masjid itu adalah Sayid Usman sendiri.

Kemudian beliau kedatangan anak remaja Syekh Nawawi Al Bantani yang menyalahkan arah kiblatnya.

Saat seorang anak remaja yang tak dikenalnya itu menyalahkan penentuan kiblat biki kaget Sayid Usman, diskusi pun terjadi dengan seru antara mereka berdua.

Sayid Usman tetap berpendirian kiblat masjid Pekojan itu sudah benar, sementara Syekh Nawawi Al Bantani yang ketika itu masih remaja berpendapat bahwa arah kiblat masjid itu salah dan harus dibetulkan.

Saat kesepakatan tak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan pendapat nya dengan keras Syekh Nawawi Al Bantani meletakkan tangan kirinya kebahu Sayid Usman merangkul dan tangan kanannya menunjuk dan berkata lihatlah wahai Sayid itulah Ka'bah tempat kiblat kita, lihat dan perhatikan kanlah bukankah Ka'bah itu terlihat amat jelas, sementara kiblat masjid ini terlalu kekiri maka agar pas kiblat nya harus digeser kekanan sedikit ujar Syekh Nawawi Al Bantani.

Akhirnya Sayid Usman termangu dan keheranan Ka'bah yang ia lihat dengan mengikuti telunjuk Syekh Nawawi Al Bantani memang terlihat jelas, Sayid Usman merasa takjub dan menyadari remaja yang bertubuh kecil dihadapan nya ini telah dikaruniai kemuliaan yakini terbukanya Nur Basariah.

Maka dengan penuh hormat Sayid Usman langsung memeluk tubuh Syekh Nawawi Al Bantani yang waktu itu masih remaja dan berjabat tangan sambil mencium tangannya ketika Sayid Usman ingin mencium tangan Syekh Nawawi Al Bantani maka ditariklah tangan Syekh Nawawi Al Bantani Sayid Usman pun kebingungan mengapa beliau tidak mau dicium tangannya.

Sayid Usman pun bertanya dan Syekh Nawawi Al Bantani menjawab karena saya tidak pantas untuk bersalaman sambil dicium begitu oleh tuan subhanallah alangkah bagusnya akhlak beliau.

Sampai saat ini jika kita mengunjungi masjid Pakojan Jakarta akan terlihat kiblat digeser tidak sesuai aslinya.

3. Mayatnya Yang luar biasa

Telah menjadi kebijakan pemerintah Arab Saudi bahwa orang yang telah dikubur selama setahun kuburan nya harus digali, tulang belulang si mayat kemudian diambil dan disatukan dengan tukang belulang mayat lainny, selanjutnya tulang belulang dikuburkan diluar kota.

Lubang kubur yang dibongkar dibiarkan terbuka hingga datang jenajah berikutnya terus silih berganti.

Kebijakan ini dijalankan tanpa pandang bulu siapapun dia pejabat atau orang biasa saudagar kaya atau orang miskin sama terkena kebijakan tersebut.

Inilah yang juga menimpa makam Syekh Nawawi Al Bantani setelah kuburnya genap satu tahun datanglah petugas dari pemerintah kita untuk menggali kuburnya.

Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim para petugas penggali kuburan itu tidak menemukan tulang belulang seperti biasanya yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh tidak kurang satu apapun tidak lecet atau tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenajah yang telah lama dikubur bahkan kain putih penutup jasad beliau tidak sobok masih harum dan tidak lapuk sedikitpun.

Tentu saja kejadian ini mengejutkan para petugas mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi.

Setelah diteliti dan dicari tahu ternyata makam yang digali itu bukan makam orang sembarang yaitu makam Syekh Nawawi Al Bantani dan pada akhirnya pemerintah memutuskan makam Syekh Nawawi Al Bantani dilarang dibongkar dan jasad beliau dikuburkan seperti sediakala.

Hingga sekarang makam Syekh Nawawi Al Bantani tetap berada di Ma'la Makkah dan yang paling aneh kuburan beliau satu-satunya kuburan yang tumbuh rumput hijau dan bagus subhanallah.

Baca Juga: 3 Ciri Orang yang Paling Bahagia Menurut Syekh Nawawi Al Bantani Dalam Kitab Nashaihul Ibad

4. Tidur di lidah ular

Konon pada suatu malam hari dimana Syekh Nawawi Al Bantani melanjutkan perjalanan nya ke Mekkah beliau kelelahan dan mencari sebuah gubuk yang tak berpenghuni setelah mencari-cari akhirnya beliau menemukan lampu yang sangat redup dan kecil akhirnya beliau tiba di suatu tempat tersebut dan memulai untuk beristirahat.

Dibenak Syekh Nawawi Al Bantani ko dasar saung ini sangat lembut dan empuk ya saking lelahnya beliau tidak terlalu mempersoalkan hal tersebut maka tidurlah beliau dengan meletakan tongkatnya dengan posisi berdiri.

Pagi pun datang dan beliau terbangun dari tidurnya untuk sholat dan kemudian melanjutkan perjalanannya.

Setelah kurang lebih tujuh langkah dari tempat peristirahatan nya itu beliau menyentuh darah dari ujung tongkatnya tersebut.

Dengan heran kemudian Syekh Nawawi Al Bantani menoleh kebelakang dan menemui ular raksasa yang sedang beranjak pergi tanpa disadari ternyata semalam Syekh Nawawi Al Bantani tidur di lidah seekor ular raksasa dan tongkatnya yang posisi berdiri tersebut merintangi kedua gigi ular itu.

Syekh Nawawi Al Bantani pun sontak kaget dan beristighfar seraya memuji kebesaran Allah SWT.

5. Mengeluarkan buah rambutan dari tangannya

Di Mekkah Syekh Nawawi Al Bantani mendirikan tempat mengajar sekolah dengan murid yang lumayan banyak.

Di suatu hari Syekh Nawawi Al Bantani beliau menerangkan kepada para santrinya, Syekh Nawawi Al Bantani berkata sunah Islam kalau berbuka puasa itu hendaknya memakan yang manis-manis terlebih dahulu kalau disini terdapat buah kurma kalau ditempatku ada yang tidak kalah manis, santri-santri nya berkata ditempat kamu tumbuh kurma lalu bagaimana ditempatmu yang tidak tumbuh kurma.

Baca Juga: Benarkah Jawaban Solat Istikharah Melalui Mimpi? Begini Jawaban Buya Yahya

Lalu Syekh Nawawi Al Bantani berkata sebentar , Syekh Nawawi Al Bantani langsung menyembunyikan tangannya kebelakang tubuhnya santri-santri pun sangat heran apa yang dilakukan gurunya tersebut kemudian Syekh Nawawi Al Bantani menyuguhkan buah rambutan persis seperti baru di petik dari pohonnya.

Santri-santri pun merasa heran selanjutnya Syekh Nawawi Al Bantani berkata nah ini makanan yang aku makan pertama ditempatku silah dicicipi kata Syekh Nawawi Al Bantani sambil membagikan nya kepada para santrinya, para santri pun langsung mencicipi buah yang disajikan Syekh Nawawi Al Bantani itu.

Itulah beberapa kitab karya Syekh Nawawi Al Bantani serta beberapa karomah Syekh Nawawi Al Bantani yang sangat luar biasa, Wawllahu alam.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube Bujang Gotri

Tags

Terkini

Terpopuler