RATUSAN alumni Pondok Pesantren Daar El Qolam, Gintung, Jayanti, Tangerang menggelar pra milad pondok pesantren yang ke 50 di Assadah Global Islamic School (AGIS) di kawasan Cipocok, Minggu (15/10/2017). Pra milad ini dihadiri pimpinan Pondok Pesantren Daar El Qolam, KH. Syahiduddin, Dra. Hj. Khuwaenah serta sejumlah pimpinan pondok pesantren alumni maupun ponpes alumni Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Pengasuh Ponpes Daar El Qolam, KH. Syahiduddin dalam sambutannya mengatakan, pra milad digelar di sejumlah daerah yang menjadi basis santri saat belajar di pesantren. Lokasi pra milad, diantaranya di gelar di Tangerang, Jakarta, Lampung dan Banten. “Daar El Qolam akan berusia 50 tahun pada awal Januari 2018. Untuk itu, kami menghimpun seluruh alumni yang pernah mondok di pesantren, karena potensi alumni ini sangat besar dan tersebar,’ ungkapnya. Dia mengatakan, alumni pondok yang tersebar ini memiliki profesi yang beragam. Dengan potensi itu, diharapkan alumni bisa memberikan kontribusi dan masukkan bagi pengembangan pondok pesantren. Oleh sebab itu, ungkap dia, perayaan HUT pondok yang ke 50 mengambil tema “menjaga amanat, menjaga tradisi dan merespon modernisasi”. Tema ini sesuai untuk perjalanan pondok yang ke 50 tahun. KH. Syahiduddin juga mengatakan, ada berbagai rangkaian kegiatan pada perayaan HUT ke 50 Pondok Pesantren Daar El Qolam. Diantaranya, jamboree bahasa, seni dan olahraga antar pesantren se-Jawa dan Sumatera, malam refleksi perjalanan setengah abad Daar El Qolam, apel kesyukuran dan sarasehan forum pesantren alumni Gontor-Gintung, reuni akbar alumni Daar El Qolam serta konser sonata grup dan wali band. “Pendiri pesantren, KH. Ahmad Rifai Arif sangat berperan penting dalam pendirian pesantren modern di Banten. Kiprahnya ini menjadi teladan bagi sejumlah pesantren lain yang bercorakkan modern,’ katanya. Sementara itu, salah seorang alumni pesantren Daar El Qolam, KH. Mujiburrahman mengatakan, reuni dilakukan di AGIS ini untuk menghimpun seluruh alumni yang ada di Banten. Alumni asal Banten ini, tersebar di CIlegon, Pandeglang, Lebak dan Serang. Mujiburrahman yang juga mengasuh Pondok Pesantren Assaadah ini mengatakan, ada banyak ilmu yang dipelajari dan bermanfaat saat dirinya mengembangkan pesantren. Semua itu, diperolehnya selama proses belajar di pesantren.