Dua Tahun Keluar Masuk Hutan, Ustaz Hatta Ajak 150 Orang Suku Anak Dalam Masuk Islam

- 26 Maret 2018, 20:30 WIB
ustaz-hatta
ustaz-hatta

TARIAN bertema "Membuka Tirai Kegelapan" yang dibawakan tiga gadis kecil itu mengisahkan harapan mereka setelah orangtuanya memeluk agama Islam atau mualaf. Tarian itu menggambarkan sebuah keinginan agar kehidupan generasi muda Anak Suku Dalam (ASD) Jambi kelak lebih terang, lebih maju  dan lebih cerdas, karena cahaya Islam telah datang kepada mereka. Itulah gambaran tentang tarian yang dipertunjukkan di sela-sela pengucapan syahadat yang dilakukan 150 ASD, di Desa Nyogan, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Jumat, (23/3/2018)/4 Rajab 1439 Hijriyah. Pengucapan syahadat tersebut dibimbing Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) KH Ahmad Sobri Lubis dan disaksikan pengurus FPI Provinsi Jambi, aparat kecamatan, kepolisian, TNI, dan tokoh mayarakat setempat. Kegiatan tersebut terselenggara atas kerjasama FPI dengan Yayasan Darul Rizki Pratama (DRP) itu. Yayasan nirlaba tersebut merupakan penyokong dana dalam kegiatan itu. Seusai pengucapan syahadat, pengurus yayasan yang diwakili Ustaz Hendi Irawan memberikan santunan berupa perlengkapan shalat, buku Iqro dan Al Qur'an kepada para mualaf. Dalam Siaran Pers FPI, ASD yang mengikrarkan syahadat itu datang dari beberapa lokasi. Mereka masuk Islam tanpa ada paksaan. "Apakah ada paksaan untuk masuk Islam? tanya Sobri Lubis. "Tidak! jawab mereka serentak. Sebab, kata Sobri Lubis, kalau ada paksaan, itu tidak sah. Sebab, agama Islam tidak boleh memaksakan agar seseorang atau sekelompok orang mengucapkan syahadat.
Berdoa setelah mengucapkan kalimat syahadat Mereka yang mengucapkan ikrar di panggung yang didirikan di halaman sekolah dasar negeri di desa tersebut terlihat sangat bersemangat, walaupun kehadiran mereka dengan berpakaian apa adanya, bahkan masih ada pria dewasa yang mengenakan celana pendek. Beberapa orang yang diwawancarai mengaku senang masuk Islam. Mereka berharap agar pengucapan syahadat tersebut terus dilanjutkan dengan kegiatan dakwah berupa bimbingan shalat, membaca Al Qur'an dan kegiatan lainnya. "Saya sangat senang Pak masuk Islam. Mudah-mudahan anak dan cucu saya kelah bisa lebih pintar, lebih maju. Tidak lagi seperti saya ini," kata seorang ibu yang menggendong cucunya datang dan ikut mengucapkan syahadat itu. Raut wajah sang ibu yang tidak mau disebut namanya itu terlihat bahagia, memancarkan rasa sanangnya karena bisa mengucapkan syahadat bersama warga lainnya.
Anak Suku Dalam paling tua yang masuk Islam Lalu siapa yang berperan besar di balik masuknya ASD tersebut? Mengapa mereka tertarik dan masuk Islam? Apakah masuknya mereka ke agama Islam dilakukan dalam waktu singkat? Ternyata waktunya cukup lama. Yang disampaikan terlebih dahulu adalah tauhid, bukan tentang agama Islam.  Dibutuhkan waktu sekitar dua tahun, baru mereka tertarik dan menyatakan diri masuk Islam. "Awalnya, saya memberikan bantuan berupa makanan. Sambil memberikan bantuan kepada mereka yang hidup dan tinggal di hutan, saya memperkenalkan tauhid. Cara mendakwahi mereka seperti itu," kata Ustaz Hatta dalam siaran pers FPI. Hatta adalah salah seorang yang bisa bertahan keluar masuk ke wilayah tempat tinggal Suku Anak Dalam. Tujuh temannya yang lain sudah menyerah. Baginya, walau seorang diri, ia tetap terus berdakwah, dengan tantangan dan risiko yang tidak sedikit. "Banyak juga yang menentang, terutama dari laki-laki yang sudah tua. Terlebih lagi yang menentang itu mereka yang merasa menjadi tokoh adat atau temenggung. Tetapi, dengan kesabaran dan izin Allah, alhamdulillah lama-lama semua hilang," ujarnya.
Kaum ibu yang turut mengucapkan kalimat shahadat Dalam berdakwah ke pelosok-pelosok tempat Suku Anak Dalam tinggal, tidak jarang Hatta harus tidur di bawah pohon bersama mereka. Ya, pohon yang di bawahnya dibuat semacam rumah yang hanya diberi atap daun. Harus berani dan sabar tinggal bersama  mereka. "Kehidupan mereka harus diikuti. Namanya juga dakwah, pasti banyak tantangan dan risiko. Tidur sama mereka dengan kondisi badannya yang bau. Tetapi, kita tidak boleh membuat mereka tersinggung, apalagi sampai meludah. Walau bau, kita hadapi saja seperti biasa," katanya. Hatta juga harus bisa makan bersama mereka. "Kadang saya harus berhadap-hadapan dengan mereka yang memakan daging babi atau binatang haram lainnya. Saya biasa saja. Mereka, tidak berani menawarkan makanan haram itu kepada saya. Ya, kalau soal muak, tentu awalnya begitu. Akan tetapi, lama kelamaan menjadi biasa," ujarnya. Hatta pun tidak segan-segan ikut berburu babi hutan bersama ASD. Ya begitulah pendekatan dakwah yang dilakukan Hatta. Dengan kesabaran dan kelembutan hati, akhirnya mereka tertarik dan menjadi muallaf.(KO)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x