Optimalisasi Khutbah Jumat

- 4 September 2020, 10:01 WIB
Kholid Makmun
Kholid Makmun /

Hari jum’at adalah merupakan salah satu hari yang sangat penting di dalam Islam. Rasulullah Saw. Sendiri di dalam hadisnya memberikan sebutan “sayyidul ayyam” atau penghulunya hari yang ada dalam satu minggu. Maka dari itu, setiap muslim sudah semestinya menjadikan hari Jum’at ini memperlakukannya secara khusus.

Mengapa demikian? Karena Allah pun telah mengistimewakan hari Jum’at dengan berbagai amalan ibadah seperti di sunnahkannya membaca surat Al-Kahfi, memperbanyak amal saleh dan shalawat kepada Nabi, dikabulkannya do’a bahkan sampai dengan mewajibkan shalat Jum’at bagi kaum laki-laki sebagai pengganti shalat zuhur.

Hari Jum’at mestinya dijadikan sebagai momentum untuk meningkatkan pemahaman kaum muslimin terhadap ajaran Islam dan ketakwaan terhadap Allah Swt. dan semua ini bisa diperoleh melalui pesan-pesan khotbah. Apa lagi, khotbah Jum’at merupakan satu-satunya forum tabligh yang jamaahnya berada dalam keadaan suci karena berwudhu, sehingga dengan kesucian itu, in sya Allah, seorang muslim dapat menancapkan pesan-pesan khotbah yang diberikan ke dalam hati yang paling dalam.

Akan tetapi, secara umum, khotbah yang ada selama ini belum berhasil dimanfaatkan secara maksimalm oleh para khatib untuk meningkatkan pemahaman kaum musilimin terhadap Islam dan ketakwaan mereka kepada Allah Swt. Faktor penyebabnya menurut penulis di antaranya adalah karena bahasa yang disampaikan oleh khatib kurang dimengerti oleh jama’ah.

Seperti khatib menyampaikan khutbah dengan teks bahasa Arab yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa daerah (khususnya pelaksanan khotbah yang terjadi di masjid-masjid kampung bahkan ada juga di beberapa masjid di pinggiran jalan utama kota baik di Banten ataupun di luar Banten), sementara sebagian besar jama’ah adalah orang awam yang kurang memahami bahasa Arab dengan baik.

Selain dari pada itu teks khotbah yang disampaikan khatib pun isinya terlalu ringkas dan selalu di ulang dari minggu ke minggu dari bulan ke bulan, ditambah lagi cara penyampaian khutbahnya kurang menarik sehingga menjadikan jama’ah kurang perhatian dan tidak mampu menyerap pesan-pesan penting yang disampaikan oleh khatib dalam kegiatan ibadah menjelang pelaksanaan shalat Jum’at tersebut.

Bagaimana seharusnya?

Alqur'an memberikan landasan teoritis agar dakwah dilakukan secara hikmah, sebagaimana yang terdapat dalam surat An-Nahl ayat 125 yang artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.", kata hikmah dalam bahasa sehari-sehari sering diartikan sebagai tindakan yang bijaksana. Orang yang bijak tentunya orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam, yang bukan saja dalam satu bidang tertentu tetapi juga pada bidang-bidang yang lain.

Dengan pengetahuan yang dimiliki itu ia akan bisa memilih metode dan materi apa yang tepat untuk diberikan kepada sasaran dakwah yang dihadapi, dengan demikian aktivitas dakwah yang dilakukan akan mendapat respon positif dari mad'u (orang yang diseru/ diajak) sehingga akhirnya sang da'i mendapatkan keberhasilan dalam tugas dakwahnya.

Halaman:

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x