MUI Banten Terbitkan Buku Melawan Faham Komunis

- 27 September 2020, 19:31 WIB
Ketua Umum MUI Banten H AM Romly menunjukkan buku tentang melawan faham komunis.
Ketua Umum MUI Banten H AM Romly menunjukkan buku tentang melawan faham komunis. /Kabar Banten/Maksuni Husen/

KABAR BANTEN – MUI Provinsi Banten menerbitkan buku tentang melawan faham komunis dengan pendekatan keagamaan. Yakni melalui dakwah layyinah berupa pendekatan keagamaan yang lembut dan penuh bujuk.

Buku dengan judul “Menjaga Aqidah agar Faham Komunis tidak Merambah Melalui Dakwah Layyinah”,  ditulis oleh Ketua Umum MUI Provinsi Banten H AM Romly.

Ketua Umum MUI Provinsi Banten H AM Romly memandang komunisme adalah suatu faham yang bukan hanya menyimpang, tetapi bertentangan bahkan melawan dan memusuhi setiap agama.  Oleh karena itu, tutur Romly, faham ini harus diamputasi. “Kita harus berusaha sungguh-sungguh agar faham ini tidak merambah sehingga membuat umat resah dan gelisah,” katanya, Jumat (25/9/2020).

Baca Juga : Cara Umat Beragama Melawan Corona

Mantan Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Banten ini menuturkan salah satu doktrin yang tidak bisa dipisahkan dari ideologi komunisme yakni adalah faham ateis atau menolak keberadaan Tuhan.

Namun ucap dia, menolak faham ini harus dilakukan dengan dakwah layyinah, menggunakan pendekatan keagamaan dengan lembut penuh bujuk.Pendekatan melalui dakwah layyinah ini yang ditawarkan Romly dalam melawan komunisme.

Melalui  buku “Menjaga Aqidah agar Faham Komunis tidak Merambah Melalui Dakwah Layyinah”, Romly menawarkan metode dan teknik dakwah layyinah. Yakni berupa dakwah billisan dan bilqalam, serta dakwah bilhal.

Dakwah billisan dan bilqalam yakni metode dakwah melalui ceramah dan tulisan. Menurut Romly, teknik dakwah billisan dan bilqalam yakni dengan cara hikmah dan mau’izhah dan mujadalah hasanah. Pendekatannya melalui soft power (kekuatan lunak) yang mengetengahkan bujukan (persuasif) dan tuntunan. “Bukan pendekatan keras dan kasar. Dalam istilah para mubaligh, dakwah yang merangkul bukan dakwah yang memukul,” katanya.

Sedangkan dakwah bilhal, menurut Romly, yakni upaya pengembangan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebudayaan menurut Islam. Dengan demikian, sasaran dakwah bilhal yakni masyarakat dengan fokus masalah-masalah sistem/struktur ekonomi dan kultural yang melingkupinya.

Metode dakwah bilhal yang dipandang tepat oleh Romly yakni metodologi pengembangan masyarakat dari dalam. Yakni suatu metodologi yang berusaha mengembangkan prakarsa, peran serta dan swadaya masyarakat dalam memenuhi keperluan dan kepentingannya. Secara kelembagaan hal ini bisa dilakukan  oleh Ormas Islam, lembaga Islam, takmir masjid, majlis taklim, pesantren, sekolah, koperasi dan lainnya.

Baca Juga : Bantuan dari PUB, Satgas Covid-19 MUI Banten Salurkan Ratusan Mushaf Alquran

 

Dalam buku setebal 114 halaman tersebut, Romly mengupas terlebih dahulu mengenai kemunculan komunisme yang tak terpisahkan dari pemikiran ateis Karl Max. Ia merumuskan konsep ateis yang menempatkan manusia dalam posisi sentral menggantikan posisi Tuhan.

Menurut Romly, konsep ateis Karl Max menjadi ideologis dan totaliter, karena tidak memberi ruang kepada faham lain untuk hidup. Konsekuensinya, ujar dia, ketika ateisme ini menjadi asas dalam kehidupan bermasyarakat, maka propaganda ateisnya selalu diiringi dengan menyerang dan melenyapkan agama.

Di Indonesia, ungkap Romly, ketika masih lemah, kaum komunis merangkul umat Islam seolah-olah membela agama Islam. Namun ketika komunis sudah mempunyai kekuatan baru ketahuan watak aslinya yang ateistik dan anti agama.

Romly mengungkapkan untuk melawan faham komunis dan faham sesat lainnya, maka para hendaknya para ulama aktif memberikan pencerahan dan tuntunan agama Islam.

“Kalau dakwah kita sekarang dirasa masih lemah, maka intensitas dan frekwensi dakwah harus ditingkatkan. Jika metodologi dakwah perlu diperbaiki, maka penyempurnaannya merupakan keharusan. Jika dakwah konvensional dirasa kurang efektif, maka sudah menjadi keharusan kita untuk melakukan inovasi. Dakwah itu sesuai dengan perkembangan zaman sehingga dapat menjawab tantangan kekinian.” Demikian Romly menuliskan dalam kata penutup bukunya tersebut. ***

Editor: Maksuni Husen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x