“Jadi definisi versi warga Kadipaten Cibeber secara umum,mikran yang berarti mengaji atau membaca Al-Quran dengan pengeras suara,” tuturnya.
Tradisi tersebut,lanjut Junaedi setiap bulan puasa yang dilakukan setelah sholat tarawih hingga menjelang sahur.
Dalam pelaksanaanya biasanya diisi oleh anak,remaja hingga pemuda warga setempat yang mengaji,baik dengan lantunan merdu atau sekedar membaca tanpa dilagu yang penting makhrojnya sesuai.
“Kalau boleh dianalogikan, ngaji atau mikran ini sebagai wujud uji mental setelah 11 bulan belajar mengaji al-quran bersama ustadnya masing-masing. Maka dibulan puasa ini mereka mengaji sendiri yang diperdengarkan langsung oleh masyarakat tanpa terkecuali,”ucap ustadz Junaedi.
“Jadi tidak hanya di sore hari, bahkan malam haripun ada aktiftas yang rutin dilakukan warga setempat setiap selesai tarawih hingga menjelang sahur,yakni mikran,” sambung ustadz Junaedi.***