Asal Usul Halal Bihalal, Tradisi Umat Islam di Indonesia saat Lebaran Idulfitri

- 10 April 2024, 10:15 WIB
ilustrasi acara halal bihalal.
ilustrasi acara halal bihalal. /Kabar Banten/

KABAR BANTEN – Perayaan Hari Raya Idulfitri atau Lebaran Idulfitri di Indonesia identic dengan tradisi yang dikenal dengan halal bihalal. Yakni tradisi silaturahim dengan bersalam-salaman ke kerabat dan tetangga. Biasanya tuan rumah akan menyuguhi hidangan makanan ketupat opor dan kue lebaran.

Ditilik dari sejarahnya,  halal bihalal pertama kali diperkenalkan oleh Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Kala itu, untuk menghemat waktu, tenaga, pikiran dan biaya, setelah shalat Idul Fitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.

Pertemuan itu dilakukan untuk melakukan sungkem, di mana dalam budaya Jawa, seseorang yang sungkem kepada orang yang lebih tua adalah suatu perbuatan yang terpuji. Tujuan sungkem adalah sebagai lambang penghormatan dan permohonan maaf.

Ada pula sumber lain yang menyebut awal mula tradisi halal bihalal terjadi di masa revolusi kemerdekaan. Indonesia yang terancam karena kedatangan Belanda.

Di era revolusi pada tahun 1948, tepatnya di pertengahan bulan Ramadan, Bung Karno memanggil KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) ke Istana Negara.

Wahab Chasbullah diundang ke Istna untuk dimintai pendapat dan sarannya dengan harapan dapat mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat kala itu. 

Kemudian Kiai Wahab Chasbullah memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan silaturahim. Sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturahim. Lalu Bung Karno menjawab, "silaturahim kan biasa, saya ingin istilah yang lain". "Itu gampang,” kata Kiai Wahab.

"Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturahim nanti kita pakai istilah halal bihalal,” jelas Kiai Wahab Chasbullah seperti riwayat yang diceritakan KH Masdar Farid Mas’udi dilansir dari NU Online.
Dari saran Kiai Wahab itulah kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahim bertajuk halal bihalal.   Akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah istilah halal bihalal gagasan Kiai Wahab lekat dengan tradisi umat Islam Indonesia pasca-lebaran hingga kini.*** 

Editor: Maksuni Husen

Sumber: NU Online kemenag.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x