Jejak Megalitikum di Situs Batu Ranjang

- 16 September 2017, 17:30 WIB
situs batu ranjang
situs batu ranjang

Situs Batu Ranjang merupakan satu dari sekian banyak peninggalan tradisi megalitikum di daerah Pandeglang. Letaknya di Kampung Batu Ranjang, Desa Batu Ranjang, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Posisinya berada di lereng Gunung Pulosari bagian selatan. Situs Batu Ranjang memiliki bentuk berupa dolmen dengan batu-batu kecil penunjang di bagian bawah. Dolmen datar memiliki tampilan halus, ukurannya kurang lebih 100 sentimeter x 250 sentimeter. Dolmen disangga dengan empat batu penyangga berbentuk seperti pelipit melingkar. Sudarji Prijono dalam sebuah penelitian yang diarsipkan Badan Arkeoloi Bandung berjudul budaya megalitik mata rantai penutur austronesia di kawasan Pandeglang mencatat, bentuk pelipit seperti penyangga batu tersebut juga ditemukan pada relief di candi-candi masa Hindu-Budha. Hal itu menandakan bahwa peninggalan budaya lumpang batu dengan kaki berpelipit juga merupakan tinggalan budaya campuran antara budaya asli Indonesia dan budaya yang dibawa penutur autronesia. Baca Juga: Sementara sumber lainnya mencatat, dilihat dari bentuknya batu ini diduga menjadi tempat untuk meletakkan jenazah atau lebih dikenal dengan nama kuburan. Diduga, bagian atas batu yang terlihat datar menjadi tempat pemujaan arwah leluhur dengan meletakkan sesajian di atasnya. Direktur Banten Heritage, Dadan Sujana mengatakan, tidak jauh dari batu ranjang terdapat juga batu peninggalan zaman megalitikum dihiasi goresan. Lokasinya di Kampung Cidaresi, Desa Palanya,r Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Hingga saat ini belum dapat dipastikan maksud dari goresan itu, namun dari tanda yang ada, diperkirakan goresan tersebut sebagai kalender manusia zaman dahulu untuk menentukan waktu bertani. ”Kapan waktu yang cocok dan tidak untuk bertani, meskipun (goresan disebut sebagai kalender untuk bertani) itu baru hipotesa, karena belum ditentukan maksudnya apa, tapi tanda-tanda yang ada mengarah kesana sudah ada,” katanya. Selain batu bergores, di area ini juga terdapat batu peninggalan lain, yaitu Batu Orok dan Batu Segitiga. Batu-batu tersebut membentuk kompleks yang menunjukkan bahwa di tempat itu pernah ada kehidupan manusia. ”Batu membentuk kompleks lengkap, di batu segitiga terdapat telapak tangan,” tuturnya. (Sutisna/”KB”)*** Prasasti Muruy, Batu Bertuliskan Kaligrafi Batu Cidaresi Kalender Waktu Bertani Situs Cihunjuran Menyimpan Artefak Bekas Permukiman  

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah