Masjid Kasunyatan, Tanda Rasa Hormat kepada Guru

- 16 Desember 2017, 17:30 WIB
masjid kasunyatan
masjid kasunyatan

Masjid Kasunyatan terletak di Kampung Kasunyatan, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Sebelah utara, masjid berbatasan dengan lahan kosong, sebelah selatan berbatasan dengan permukiman, sebelah timur berbatasan dengan permukiman, dan di sebelah barat berbatasan dengan Sungai Cibanten. Masjid Kasunyatan merupakan kompleks bangunan yang dibatasi oleh tembok keliling, dengan tiga gapura yang terletak di sisi barat, selatan dan timur. Bangunan utama Masjid Kasunyatan ini terletak di tengah-tengah kompleks, berbentuk persegi empat dengan ukuran 11,30 x 11,50 meter, menghadap ke selatan, atap berbentuk tumpang tiga terbuat dari genteng dengan hiasan pada puncaknya. Di ruang utama terdapat empat buah tiang penyangga berbentuk bulat. Seperti halnya masjid-masijid kuno pada umumnya, di Masjid Kasunyatan juga terdapat area makam, yakni di sisi utara dan sisi timur. Di area makam ini terdapat beberapa makam, di antaranya makam Syekh Abdul Syukur, yaitu salah seorang tokoh masyarakat atau ulama yang sangat berperan pada masanya. Kompleks Masjid Kasunyatan ini berada di atas tanah seluas kurang lebih 2544 m2. Tidak terdapat data mengenai tahun pembangunan masjid, namun berdasarkan cerita masyarakat, masjid ini didirikan oleh guru spiritual Maulana Muhammad sekitar pertengahan abad XVI. Dilansir laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, pemberian nama Kasunyatan tidak terlepas dari latar belakang sejarah Kampung Kasunyatan sendiri yang dahulunya merupakan tempat tinggal para alim ulama. Keberadaan desa dan Masjid Kasunyatan tidak lepas dengan sejarah Banten, terutama pada masa Pemerintah Maulana Muhammad. Dikisahkan bahwa untuk menunjukkan rasa hormatnya kepada sang guru yang bernama Kiai Dukuh, ia memberi gelar kepada sang guru, Pangeran Kasunyatan. Dari beberapa hasil penelitian, Masjid Kasunyatan diperkirakan berdiri antara tahun 1552 sampai 1570, yakni pada masa Pemerintahan Maulana Yusuf, dimana tokoh masyarakat (ulama) yang sangat berperan pada masa itu adalah Syekh Abdul Syukur. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya makam beliau di dalam cungkup kompleks masjid, yang oleh masyarakat setempat sangat dihormati dan dikeramatkan. (Endang Mulyana)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah