Tradisi Sawer Onde Wihara Avalokitesvara

- 25 Maret 2019, 18:45 WIB
PSX_20190324_233620
PSX_20190324_233620

WIHARA Avalokitesvara yang terletak di Kawasan Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang punya satu keunikan setiap perayaan Sejit Hari Lahir Dewi Kwan Im atau Mak Kwan Im Pouw Sat. Biasanya, setiap pukul 00.00 WIB di malam Dji Gwee Pue-Cap Kauw 2570 atau Ahad hingga Senin (24-25/3/2019) ada tradisi pembagian "Onde Berkah" yang dibagikan dengan cara disawer.

Cara tersebut dipercaya dapat memberikan berkah bagi orang yang terkena air gula dan mendapatkan banyak onde. "Mereka punya keyakinan kalau tersiram air gula itu dapet berkah sesuai dengan apa yang mereka yakini," kata Humas Wihara Avalokitesvara Banten Lama Asaji Manggala Putra, Ahad (24/3/2019).

Menurut dia, pembagian onde tersebut hanya dilakukan di Wihara Avalokitesvara Banten Lama dan sudah berlangsung sejak 400 tahun yang lalu, hingga saat ini. "Ini ciri khas dan keunikan wihara di sini. Jadi, memang setiap wihara itu memiliki keunikan dan tradisi yang berbeda-beda, sesuai dengan daerah juga sejarahnya," ujarnya.

Ia mengatakan, ada sebagian budaya yang kini sudah menghilang, seperti mengarak patung Dewi Kwan Im keliling Kota Serang. "Kalau dulu itu patung Mak Kwan Im diarak ke Serang, terus nanti balik lagi ke sini (Banten Lama). Tapi, karena ada sesuatu hal, akhirnya tradisi budaya itu sekarang menghilang," ucapnya.

Ia menjelaskan, tradisi mengarak patung tersebut ada sejarahnya. Pada saat itu Banten mengalami wabah penyakit yang sangat serius. Bahkan, banyak penduduk yang meninggal dunia akibat wabah tersebut. Hingga kanjeng sultan saat itu meminta, agar Patung Dewi Kwan Im diarak berkeliling kampung.

"Ternyata setelah itu dilakukan berhasil dan wabah penyakit itu hilang. Penduduk di Banten pun bisa kembali melakukan aktivitas dan kegiatan mereka dan dari situlah, tradisi mengarak Patung Dewi Kwan Im atau biasa disebut Gotong Petekong bermula. Namun, kini sudah tidak lagi dilakukan," tuturnya.

Dalam satu tahun perayaan Dewi Kwan Im tersebut, ada tiga kali. Pertama Lunar Kalender, kemudian Perayaan Sejit Hari Lahir Dewi Kwan Im, dilanjut lagi di bulan keenam itu mencapai tingkat kesempurnaan. Biasanya, kata dia, pada tingkat kesempurnaan itulah yang paling ramai. Seluruh umat Budha datang untuk sembahyang.

"Dan yang terakhir, parinibana atau meninggalnya Dewi Kwan Im. Jadi, dalam satu tahun itu tiga kali. Kalau hari ini (kemarin) ada rangkaian kegiatan, seperti pertunjukan barongsai, kemudian pembagian onde, dan donor darah," ujarnya.

Selain itu, ada juga tradisi melepas burung, kura-kura, ikan lele, kelinci atau makhluk hidup lainnya. "Ada satu tradisi juga, yaitu membebaskan makhluk hidup ke alam bebas. Dengan begitu, kami yang membebaskan makhluk hidup akan tertolong. Kalau ajaran dalam Budha itu, hukum tabur tuai," ucapnya. (Rizki Putri/RI)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah