Produksi Beras Dunia Menurun, Krisis Pangan Mengancam, Bagaimana Cadangan Pangan Indonesia Amankah?

5 Juni 2023, 11:30 WIB
Ilustrasi terkait produksi beras dunia menurun, lantas bagaimana dampak nya bagi Indonesia amankah? /Pexels/Sergei A

KABAR BANTEN - Pernahkan kita membayangkan jika produsi beras atau padi di Indonesia bahkan dunia habis?

 

Apakah kita akan kelaparan atau mungkin mencari makanan pokok alternatif lainnya? Tentunya kita tidak terpikiran bagaimana jika beras atau padi itu akan habis.

Belakangan ini ada perkiraan bahwa produksi beras dunia akan mengalami penurunan terbesar dalam 20 tahun.

Baca Juga: 5 Fakta Tradisi Unik Kawin Culik Suku Sasak, Pengantin Harus Dibawa Kabur

Perkiraan tersebut berasal dari lembaga pemeringkat Internasional Fitch Solutions yang memperkirakan kekurangan beras pada tahun 2022-2023 mencapai 8,7 juta ton.

Dampak dari masalah ini, dikhawatirkan akan berisiko merusak defisit beras global terbesar di tahun 2023-2024.

Ketika pasar global menghasilkan defisit 18,6 juta ton beras, kenapa ya produksi beras ini bisa menurun?

Menurut lembaga pemeringkat Internasional Fitch Solutions, yang menjadi penyebab menurunnya produksi beras dunia karena adanya perang Ukraina dan cuaca buruk di negara-negara penghasil beras seperti China dan Pakistan.

Pada tahun sebelumnya sawah-sawah di China dilanda kekeringan ditambah bencana banjir dan hujan di pusat utama produksi beras di China yakni Guanxi dan Guangdong.

Sedangkan di Pakistan, pada tahun lalu ditimpa bencana banjir, sehingga berpengaruh juga pada penurunan produksi beras yaitu sebesar -31 persen.

Selain itu, dampak dari La Nina dan El Nino merupakan salah satu faktor yang menyebabkan produksi beras dunia berpotensi turun.

Lantas apa apa saja dampak dari menurunnya dari produksi beras global ini?

Menurut seorang analisis komunitas Fitch Solutions yakni Charles Hard untuk di tingkat dunia dampak paling nyata ada pada harga beras yang tinggi.

Dimana harga beras ini diperkirakan akan tetap tinggi hingga tahun 2024, untuk harga rata-rata beras di tingkat global sekitar 17,30 USD / Cwt hingga akhirnya tahun.

Di Indonesia sendiri tentunya akan kena imbasnya juga, apalagi negara Indonesia merupakan salah satu konsumen terbesar beras.

Dampak kenaikan beras di Indonesia sebesar 3,33 persen atau Rp 13.400 per kilogram, padahal haga beras di Indonesia tidak setinggi itu.

Baca Juga: Geregetan Lihat Harga Telur Ayam Terus Naik, Komisi II DPRD Banten Bilang Begini Untuk Dinas Ketahanan Pangan

Lantas apa tindakan Indonesia ketika mengahadapi produksi beras dunia menurun?

Sebagaimana dikutip Kabar Banten melalui kanal YouTube Indonesia BaikID, berikut informasinya.

Badan Pangan Nasional(Bapanas) mengatakan akan membuat pengadaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Bapanas juga bekerjasama dengan Kementerian Pertanian dan BUMN pangan untuk membahan tentang peningkatan produksi beras pada tahun ini.

Pemerintah akan lebih memprioritaskan serapan beras dari dalam negeri untuk memperkuat CBP.

Selain itu harapannya pemerintah benar-benar mendorong petani untuk produksi beras pada tahun ini dan menjaga gabah di tingkat petani.

Dengan menjaga harga gabah di tingkat petani, minimal dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Dengan begitu petani akan bersemangat untuk memproduksi beras, sehingga harga gabah di petani wajar, harga beras di pedagang wajar, serta harga pembelian beras oleh masyarakat juga pada posisi yang wajar.

Sehingga semuanya bisa mendapatkan keuntungan semua perhitungan tersebut.

 

Seperti baru-baru ini pemerintah menaikan harga HPP beras dan gabah sebesar 18% - 20% jika dibandingkan dengan HPP sebelumnya.

Untuk GKP di tingkat petani sebelumnya Rp 4.200 per kilogram dan naik menjadi Rp 5.000 per kilogram.

Untuk GKP di tingkat penggilingan sebelumnya Rp 4.250 per kilogram, naik menjadi Rp 5.100 per kilogram.

Sedangkan harga beras di Gudang BULOG sebelumnya Rp 8.300 per kilogram, naik menjadi Rp 9.950 per kilogram.

Kenaikan HPP gabah dan beras tersebut berdasarkan Permendag Nomor 24 Tahun 2020.

Disaat harga beras mahal tapi kenapa pemerintah malah menaikkan harga gabah?

Sesuai dengan Peraturan Badan Nasional (Perbadan) Nomor 6 Tahun 2023 yakni tentang harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras, dimana Perbadan tersebut disahkan untuk menaikkan harga batas bawah pembelian beras agar pendapatan petani meningkat.

Menurut Kepala Bapanas yakni Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa kenaikan harga gabah dan beras ini sudah sesuai dengan perhitungan struktur ongkos usaha tani yang dihimpun dari Kementerian lembaga terkait.

Selain itu, keputusan tersebut juga sudah diperhitungkan keseimbangan dengan harga petani, penggilian, pedagang dan konsumen.

Dengan harga pembelian yang lebih baik, maka diharapkan bisa meningkatkan penyerapan beras dan gabah untuk mengisi stok CBP 2023, sesuai dengan target tahun 2023 yaitu sebanyak 2,4 juta ton.

Selain penetapan harga dalam Perbadan tersebut juga mengatur mengenai standar kualitas gabah dan beras.

Untuk GKP dengan harga di tingkat petani Rp 5.000 per kilogram dan di tingkat penggilingan Rp 5.100 per kilogram harus memenuhi kadar air maksimal 25 persen dan kadar hampa maksimal 10 persen

Sedangkan untu GKG dengan harga di tingkat penggilingan Rp 6.200 per kilogram dan di Gudang BULOG Rp 6.300 per kilogram, harus memiliki kualitas dengan kadar air maksimal 14 persen dan kadar hampa maksimal 3 persen.

Sementara itu, untuk beras dengan harga di gudang BULOG Rp 9.950 per kilogram harus memenuhi kualitas derajat Sosoh minimum 95 persen, kadar air 14 persen, butir patah maksimum 20 persen dan butir menit maksimum 2 persen.

Jika disimpulkan bahwa Indonesia tidak perlu khawatir dengan penurunan produksi beras dunia, karena pemerintah akan memperkuat pengadaan cadangan pangan yang diproduksi dari dalam negeri.

Namun harga beras dunia juga akan ikut andil dalam menentukan harga beras yang ada di Indonesia.

Dimana ketika pasokan beras di dunia melimpah, harga beras akan menjadi lebih murah dan begitu pula sebaliknya.

Mengingat keberadaan beras merupakan bahan makanan pokok di berbagai negara di Asia.

Kenaikan harga ini akan menjadi penentu utama inflasi harga pangan dan ketahanan pangan.

Selain itu defisit produksi beras ini akan meningkatkan biaya impor bagi importir beras, salah satunya adalah negara Indonesia.

Sehingga dampak dari penurunan produksi beras dunia ini ada baiknya juga untuk petani di Indonesia.

Hal tersebut membuat pemerintah bisa memperkuat produksi dari dalam negeri.

Pada tahun 2022 lalu, pemerintah juga pernah membuat program pupuk gratis untuk puluhan ribu petani.

Total petani yang mendapatkan pupuk gratis ada sekitar 21.631 orang yang tersebar di 17 Kecamatan yang ada di Situbondo.

Selain di Situbondo, program pupu gratis ini juga dibagikan kepada para petani yang ada di Kabupaten Sumenep yang tersebar di 5 Kecamatan di darat dan di kepulauan.

Baca Juga: Dosakah Menggunakan Harta dari Hasil Temuan? Simak Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Bantuan tersebut diberikan oleh pemerintah untuk bisa meningkatkan kesejahteraan petani.

Dengan diberikannya bantuan tersebut, pemerintah berharap bisa mengurangi biaya produksi, sehingga mampu menambah penghasilan petani di musim panen.

Itulah informasi tentang penurunan produksi beras dunia, erat kaitannya dengan cadangan pangan Indonesia, semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube IndonesiaBaikID

Tags

Terkini

Terpopuler