Sebagai orang yang bekerja di lokasi tambang galian C di Bojonegara, suaminya memang membutuhkan jamu untuk stamina.
“Kalau pulang kan sering cape, suami memang suka minum jamu. Makanya saya tidak curiga dengan kebiasaan itu,” ujarnya.
Ditambah lagi, sang suami bisa memenuhi kebutuhan dapur dengan baik, begitu juga biaya anak-anak sekolah.
Karenanya, Selly tidak pernah melarang Pak Boy jika dirinya ingin pergi ke tukang jamu di pinggiran jalan.
“Selama ini kan untuk dapur ada, biaya sekolah anak-anak dibayar terus. Makanya saya juga tidak pernah mengeluh,” tuturnya.
Namun belakangan, uang dapur dan biaya untuk keperluan sekolah dari Pak Boy lambat laun mengurang.
Di sisi lain, setiap kali izin untuk beli jamu, Pak Boy pasti pulang dini hari, ini membuat Selly curiga.
“Paling curiga, saya cium bau parfum perempuan. Pernah saya tanya itu parfum siapa, dia bilang parfum si tukang jamu. Padahal pelayan jamu langganan itu biasanya laki-laki,” ucapnya.