Pasalnya pada tahun 1929 hingga 1930 telah terjadi berbagai macam pemberontakan besar oleh masyarakat Banten terhadap kepemimpinan kolonial Belanda yang dikenal dengan perang Cikande.
Perang Cikande merupakan perang yang dipicu oleh keinginan Nyimas Gamparan dan segenap masyarakat Banten untuk melawan sitem tanam paksa yang diterapkan oleh gebernur jendral Vanden bos.
Selain itu juga pemberontakan ini pasca dibubarkan nya Kesultanan Banten pada tahun 1813 diera Sultan Muhammad Safiyudin.
Akibatnya keluarga Kesultanan Banten melakukan penyebaran keberbagai wilayah di Indonesia termasuk Nyimas Gamparan.
Sekembalinya ketanah Banten Nyimas Gamparan dengan gagah berani memimpin pemberontakan dengan mengumpulkan puluhan pendekar wanita untuk melawan Belanda.
Dengan menggunakan taktik perang gerilya untuk menghadapi pasukan Belanda.
Serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Nyimas Gamparan dan pasukan pendekar wanitanya mampu membuat pasukan VOC kewalahan dan banyak mengalami kerugian.
Berbagai cara pun dilakukan Belanda untuk menumpas pasukan Nyimas Gamparan termasuk menjalankan politik Diet Empire.
Pihak VOC pun melirik Tumenggung Kartanagara yang menjadi Demang di wilayah Jasinga untuk menumpas para pemberontak yang dibawah pimpinan Nyimas Gamparan dan akhirnya Nyimas Gamparan pun tewas ditangan Sang Demang.