Pertapaan ini dilakukan dengan maksud meminta keturunan kepada penunggu gunung, Sang Hyang Widhi Wasa.
Dalam pertapaan ini, Roro Anteng dan Jaka Seger berjanji akan mengorbankan anaknya kepada Kawah Gunung Bromo jika doa mereka dikabulkan.
Akhirnya, kedua pasangan ini dikarunia 25 anak.
Setelah anak-anaknya tumbuh dewasa, Roro Anteng dan Jaka Seger lupa dengan janji yang telah dibuatnya.
Kemudian mereka menceritakan janji tersebut kepada semua anaknya.
Mengetahui hal tersebut, hanya anak paling bungsu bernama Kusuma yang mau untuk dikorbankan.
Sebelum mengorbankan diri, Kusuma menyampaikan sebuah pesan kepada keluarga dan warga Suku Tengger.
Kusuma berharap pengorbanan dirinya dapat membuat orang-orang yang ditinggalkan dapat hidup damai.
Lalu, Ia meminta persembahan untuk Kawah Gunung Bromo setiap tanggal 15 bulan Kasada.
Sejak saat itu, Upacara Yadnya Kasada menjadi ritual rutin Suku Tengger setiap tahunnya.