Mengenal Yadnya Kasada, Upacara Adat Suku Tengger Bromo yang Erat dengan Cerita Pengorbanan

- 14 Oktober 2023, 15:26 WIB
Masyarakat Suku Tengger saat melakukan prosesi upacara adat Yadnya kasada di Gunung Bromo, Jawa Timur
Masyarakat Suku Tengger saat melakukan prosesi upacara adat Yadnya kasada di Gunung Bromo, Jawa Timur /Tangkapan Layar/Kemenparekraf

KABAR BANTEN - Upacara Yadnya Kasada merupakan ritual adat dari masyarakat Suku Tengger, dimana Suku Tengger adalah penduduk asli yang berasal dari dataran tinggi Pegunungan Bromo, Tengger dan Semeru yang terletak di Jawa Timur.

 

 

Upacara Yadnya Kasada disiapkan langsung oleh masyarakat Suku Tengger, masyarakat Suku Tengger dikenal sebagai pemeluk agama Hindu kuno yang cara dan tempat ibadahnya berbeda dari agama Hindu di daerah lainnya.

Upacara Yadnya Kasada dilaksanakan pada hari keempat belas bulan Kasada setiap tahunnya. Upacara ini sudah berlangsung sejak abad ke-14 dan berlangsung selama dua hari.

Sejarah Upacara Yadnya Kasada

Dikisahkan, putri Raja Majapahit yang bernama Roro Anteng menikah dengan Jaka Seger yang merupakan anak dari Brahmana.

Setelah beberapa tahun pernikahan, keduanya belum juga dikaruniai anak.

Pada suatu saat, Roro Anteng dan Jaka Seger pergi ke Gunung Bromo untuk melakukan pertapaan.

Pertapaan ini dilakukan dengan maksud meminta keturunan kepada penunggu gunung, Sang Hyang Widhi Wasa.

Dalam pertapaan ini, Roro Anteng dan Jaka Seger berjanji akan mengorbankan anaknya kepada Kawah Gunung Bromo jika doa mereka dikabulkan.

Akhirnya, kedua pasangan ini dikarunia 25 anak.

Setelah anak-anaknya tumbuh dewasa, Roro Anteng dan Jaka Seger lupa dengan janji yang telah dibuatnya.

Kemudian mereka menceritakan janji tersebut kepada semua anaknya.

Mengetahui hal tersebut, hanya anak paling bungsu bernama Kusuma yang mau untuk dikorbankan.

Sebelum mengorbankan diri, Kusuma menyampaikan sebuah pesan kepada keluarga dan warga Suku Tengger.

Kusuma berharap pengorbanan dirinya dapat membuat orang-orang yang ditinggalkan dapat hidup damai.

Lalu, Ia meminta persembahan untuk Kawah Gunung Bromo setiap tanggal 15 bulan Kasada.

Sejak saat itu, Upacara Yadnya Kasada menjadi ritual rutin Suku Tengger setiap tahunnya.

Prosesi Upacara Yadnya Kasada

Dalam prosesi ritual adat, upacara Yadnya Kasada berlangsung di tiga lokasi penting. Pertama adalah Rumah Dukun Adat, yaitu rumah dukun pandita (dukun adat) yang digunakan untuk melakukan persiapan.

Kedua, Pura Luhur Poten atau lautan pasir (segoro wedi) yang digunakan untuk prosesi upacara. Serta yang ketiga adalah Kawah Gunung Bromo dimana sesaji akan dilemparkan sebagai inti upacara.

Upacara ini dimulai dengan persiapan membuat Ongkek, yaitu berbagai macam hasil bumi dan ternak yang dijadikan sebagai persembahan.

Kemudian ada pembacaan mantra sekaligus pengetesan dan pelantikan dukun pandita yang baru di rumah dukun adat.

Setelah upacara selesai, Ongkek dibawa ke Pura Luhur Poten yang jaraknya kurang lebih 8 km.

Setelah itu, Ongkek dilempar secara bergantian ke Kawah Gunung Bromo dengan iringan musik khas gamelan.

Upacara adat ini diakhiri dengan pertunjukan tarian kolosal Roro Anteng Jaka Seger.

Makna Upacara Yadnya Kasada

Masyarakat Suku Tengger melakukan upacara ini untuk menghormati pengorbanan Kusuma.

Selain itu, penduduk setempat menganggap Gunung Bromo adalah tempat yang suci dan menjadi sumber kehidupan bagi mereka.

Selain penghormatan dan penyucian melalui ritual pelabuhan (melempar sesaji ke dalam kawah), Suku Tengger juga menjadikan Gunung Bromo sebagai pusat kehidupan.

Hal Itulah yang dimaknai dari sanggar dan rumah yang selalu menghadap ke Gunung Bromo.***

 

Editor: Sigit Angki Nugraha

Sumber: Kemenparekraf


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah