Demonstrasi Menentang Kudeta Militer Myanmar 'Berdarah', PBB Segera Turun Tangan

- 5 Maret 2021, 18:53 WIB
Pengunjuk rasa Myanmar melakukan protes atas meninggalnya Kyal Sin (19) pasca ditembak aparat, 4 Maret 2021.
Pengunjuk rasa Myanmar melakukan protes atas meninggalnya Kyal Sin (19) pasca ditembak aparat, 4 Maret 2021. //Stringer via Reuters

“Zaman batu sudah berakhir, kami tidak takut karena kamu mengancam kami,” teriak seorang demonstran.

Kemudian, polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrai, dan satu orang ditembak di tenggorokan, kata saksi mata.

"Saya pikir dia berusia sekitar 25 tahun, tetapi kami masih menunggu anggota keluarga," kata seorang dokter yang memeriksa korban kepada Reuters.

Baca Juga: Dalam Sehari, Dua Pesawat Jatuh di 2 Lokasi Berbeda

Di kota utama Yangon, polisi menembakkan peluru karet dan granat kejut untuk membubarkan pengunjuk rasa yang telah diikuti oleh sekitar 100 dokter berjas putih, kata saksi mata.

Demonstrasi juga digelar di Kota Pathein, di sebelah barat Yangon. Sehari sebelumnya, polisi membubarkan aksi unjuk rasa dengan gas air mata dan tembakan di beberapa kota tetapi tindakan keras mereka lebih terkendali daripada pada Rabu, ketika PBB mengatakan 38 orang tewas pada hari protes paling berdarah.

Kepala Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet menuntut pasukan keamanan menghentikan apa yang dia sebut sebagai "tindakan keras kejam terhadap pengunjuk rasa damai".

Baca Juga: Peristiwa 19 Februari: Gunung Api Meletus Dahsyat Hingga Tornado Terbesar Terjang AS

Bachelet mengatakan lebih dari 1.700 orang telah ditangkap, termasuk 29 wartawan.

Bentrokan tentang siapa yang mewakili Myanmar di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York dihindari, untuk saat ini, setelah pengganti junta mundur dan misi PBB Myanmar mengonfirmasi bahwa Duta Besar Kyaw Moe Tun tetap menjabat.

Halaman:

Editor: Maksuni Husen

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x