Semangka Jadi Simbol Solidaritas Palestina, Kok Bisa? Begini Awal Mulanya

- 2 November 2023, 13:59 WIB
Ilustrasi awal mula Semangka jadi simbol solidaritas terhadap Palestina di tengah gempuran Israel.
Ilustrasi awal mula Semangka jadi simbol solidaritas terhadap Palestina di tengah gempuran Israel. /Pixabay

KABAR BANTEN - Belakangan ini ramai di media sosial, para netizen membagikan gambar semangka sebagai simbol solidaritas publik pada warga Palestina di tengah serangan Israel.

 

Lantas, gimana bisa Semangka Jadi Simbol Solidaritas Palestina? Bagi kamu yang penasaran, begini awal mula Semangka Jadi Simbol Solidaritas Palestina.

Dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari laman time.com, Semangka yang besar, baik yang dipegang di tangan, digambarkan dalam karya seni, atau diposting secara online dalam bentuk emoji adalah simbol yang kuat bagi warga Palestina.

Setelah sekian lama, hal ini sekali lagi muncul di postingan media sosial yang tak terhitung jumlahnya, setelah perang Israel-Hamas yang dimulai dengan serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023 di perbatasan Gaza.

Namun bagaimana buah menyegarkan ini bisa muncul sebagai simbol solidaritas Palestina? Berikut Awal Mula Semangka Jadi Simbol Solidaritas Palestina yang perlu kamu ketahui.

Sejarah Semangka Palestina

Penggunaan buah Semangka sebagai simbol Palestina ternyata bukanlah hal baru. Gagasan ini pertama kali muncul setelah "Six-Day War" pada tahun 1967, ketika Israel menguasai West Bank (Tepi Barat) dan Gaza, juga mencaplok Yerusalem Timur.

Pada saat itu, pemerintah Israel menjadikan pengibaran bendera Palestina di depan umum sebagai pelanggaran pidana di Gaza dan Tepi Barat.

Untuk menghindari konsekuensi larangan tersebut, warga Palestina mulai menggunakan Semangka. Hal ini karena ketika dibelah, buah Semangka terlihat memiliki warna nasional bendera Palestina, yakni merah, hitam, putih, dan hijau.

Pemerintah Israel tidak hanya menindak tegas bendera tersebut. Seniman Sliman Mansour mengatakan kepada The National pada tahun 2021 bahwa pejabat Israel pada tahun 1980 menutup pameran di 79 Galeri di Ramallah yang menampilkan karyanya dan karya lainnya, termasuk Nabil Anani dan Issam Badrl.

 

“Mereka mengatakan kepada kami bahwa mengecat bendera Palestina itu dilarang, tapi warnanya juga dilarang. Maka Issam berkata, ‘Bagaimana jika saya membuat bunga berwarna merah, hijau, hitam dan putih?’, dan petugas itu menjawab dengan marah, ‘Ini akan disita. Bahkan jika Anda mengecat Semangka, itu akan disita," kata Mansour pada publikasi tersebut

Israel kemudian mencabut larangan penggunaan bendera Palestina pada tahun 1993. Ini merupakan bagian dari Perjanjian Oslo, yang mencakup pengakuan timbal balik antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina dan merupakan perjanjian formal pertama yang mencoba menyelesaikan konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Bendera tersebut dianggap mewakili Otoritas Palestina, yang akan mengelola Gaza dan Tepi Barat.

Setelah perjanjian tersebut, New York Times menyetujui peran semangka sebagai simbol Palestina selama pelarangan bendera.

 

“Di Jalur Gaza, di mana para pemuda pernah ditangkap karena membawa irisan Semangka, yang menunjukkan warna merah, hitam, dan hijau Palestina, tentara hanya berdiam diri, dengan sikap bosan, saat prosesi berjalan dengan mengibarkan bendera yang pernah dilarang,” tulis jurnalis Times, John. Kifner.

Pada tahun 2007, tepat setelah Intifada Kedua, seniman Khaled Hourani menciptakan Kisah Semangka dalam sebuah buku berjudul Atlas Subjektif Palestina.

Di tahun 2013, dia kemudian mengisolasi satu cetakan dan menamakannya Warna Bendera Palestina. Hal ini berdampak besar dan kemudian dilihat oleh orang-orang di seluruh dunia.

Penggunaan Semangka sebagai simbol Palestina muncul kembali pada tahun 2021, menyusul keputusan pengadilan Israel bahwa keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur akan diusir dari rumah mereka untuk dijadikan tempat bagi pemukim.

 

Namun pada Januari 2023, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir memberi polisi wewenang untuk menyita bendera Palestina.

Hal ini kemudian diikuti dengan pemungutan suara pada bulan Juni mengenai RUU yang melarang orang mengibarkan bendera di lembaga-lembaga yang didanai negara, termasuk universitas. RUU tersebut lolos persetujuan awal namun pemerintah kemudian runtuh.

Selanjutnya pada Juni 2023, Zazim, sebuah organisasi komunitas Arab-Israel, meluncurkan kampanye untuk memprotes penangkapan dan penyitaan bendera. Gambar semangka terpampang di 16 taksi yang beroperasi di Tel Aviv, dengan teks bertuliskan, “Ini bukan bendera Palestina.”

Direktur Zazim Raluca Ganea kemudian berkata bahwa dia dan organisasinya akan selalu menemukan cara untuk menghindari larangan yang tidak masuk akal dan tidak akan berhenti memperjuangkan kebebasan berekspresi dan demokrasi.

 

Hingga saat perang kembali berlangsung, Semangka kembali menjadi Simbol Solidaritas Palestina dari publik pada warga Palestina di tengah serangan Israel.

Semangka Jadi Simbol Solidaritas Palestina terus dibagikan oleh para netizen lewat sosial media mereka masing-masing.***

 

Editor: Kasiridho

Sumber: time.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah