KABAR BANTEN - Jenderal Wismoyo Arismunandar meninggal dunia dalam usia 80 tahun, Kamis 28 Januari 2021. Banyak kisah dan jejak pengabdian mantan Mantan Ketua KONI dan Kasad 1993-1995 tersebut. Salah satunya, kisah menegangkan yang sulit dilupakan.
Sosiolog dan tokoh nasional tersebut mengaku tak terlalu kenal dekat dengan Jenderal Wismoyo arismunandar. Dia hanya bertemu sekali saat panelis dalam sebuah diskusi di Kantor Gubernur Maluku.
Namun, pertemuan pertama dan terakhirnya itu sangat berkesan. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 2000. Saat itu, Imam dan Wismoyo Arismunandar sama-sama menjadi panelis dalam sebuah diskusi di Kantor Gubernur Maluku.
Baca Juga: Pencanangan Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Serang, Dua Pejabat Batal Divaksin Gara-gara Ini
Namun saat sedang hangat hangatnya berdiskusi dengan para wartawan, tiba tiba di luar gedung terdengar teriakan keras bersahutan. Serentak, para peserta diskusi berdiri melihat ke arah luar. Di jalan, terlihat banyak orang berlarian.
Sebagian membawa parang. Suasana sangat gaduh. Para wartawan yang semula duduk tertib, kemudian ikut berhamburan lari entah ke mana. “Tanpa saya sadari, dalam sekejap saya berada dalam ruangan seorang diri. Panitia diskusi juga lenyap. Saya juga mau lari, tapi tak tahu ke mana arah yang harus dituju,” ucapnya.
Baca Juga: Cuaca Buruk, Kapal Penumpang Tabrak Dermaga 4 Pelabuhan Merak Banten
Dalam kondisi bingung, tiba-tiba dari jendela melihat Wismoyo Arismunandar sedang bergegas ke arah mobil militer. Di depan mobil, ada panser siap mengawal. Tanpa berpikir panjang, Imam berlari mengejar ke arah mobil. "Pak Wismoyo, boleh saya ikut?," teriak Imam sekuat tenaga.
Rupanya teriakannya didengar, dan mobil yang dtumpangi Wismoyo Arismunandar berhenti. “Dan...alhamdulillah, saya bisa duduk di dalam mobil berdampingan dengan Pak Wismoyo. Rupanya, mobil dengan dikawal panser menuju ke Bandara Pattimura untuk mengejar penerbangan terakhir
Baca Juga: Anak Buahnya Masuk Berkas Gugatan di MK, Sekda Pandeglang Menjamin Hal Ini tak Terjadi
“Saat berada dalam pesawat, saya terus terang bernafas lega. Maklum saya bukan orang pemberani. Saya segera berterimakasih kepada Pak Wismoyo yang telah memberi tempat duduk dalam mobilnya. Beliau hanya tersenyum. Hanya anggukan kepala terlihat, tak satu kata terdengar,” ucapnya.***