Artis Ikut Kesal Sama Europa Super League (ESL)

- 21 April 2021, 14:43 WIB
Tangkapan layar foto Stand up komedian Ernest Prakasa yang berkomentar soal Europa Super League .
Tangkapan layar foto Stand up komedian Ernest Prakasa yang berkomentar soal Europa Super League . /Instagram @ernestprakasa

KABAR BANTEN - Mencuatnya rencana digelarnya Europa Super League atau ESL yang digawangi oleh Presiden Real Madrid Florentino Perez memancing banyak pandangan pro dan kontra.

Bukan hanya dari para pemain dan legenda sepak bola, tapi Europa Super League juga mendapat komentar dari kalangan selebritis yang mengaku menggilai sepak bola.

Salah satunya Stand up komedian Ernest Prakasa. Melalui akun instagramnya, Ernest Prakasa mengaku kesal dengan munculnya berita tentang Europa Super League baru baru ini.

Baca Juga: Tawuran Dua Kelompok Remaja di Kota Serang, Satu Orang Luka Kena Bacok, 11 Anggota Geng Diamankan Polisi

Sebab seperti diketahui bahwa sepak bola bukan semata tentang bisnis tapi bisnis campur olahraga.

"Olahraga dilevel profesional, ada aspek bisnis dalam sebuah klub olahraga," ujarnya dalam akun Instagram @ernestprakasa.

Dengan adanya Europa Super League, klub top memilih membuat kompetisi mereka sendiri, mereka membuat peraturan sendiri dengan harapan mendapatkan uang lebih besar.

Menurut dia hal itu sudah menafikan dan 100 persen tidak memikirkan lagi nilai-nilai di luar bisnis.

"Kaya drivenya 100 persen duit masa menurut lu gak aneh sih, kaya ada sebuah keputusan besar yang bisa merubah tatanan sepak bola Eropa dan mungkin dunia gak tahu, dan drivenya 100 persen uang, mereka tidak bisa menyebutkan alasan selain potensi bisnis, kenapa sih kalian pengen bikin ESL," tuturnya.

Baca Juga: Purna Tugas, Airin Serahkan Memori Sertijab Plh Wali Kota Tangsel ke Sekda

Ernest juga mencoba membaca statement perwakilan Manchester united yakni Joel Glazer saat ditanya alasan pendirian Europa Super League dengan santai karena alasan kemakmuran.

Sebagian ada yang mengatakan kita harus mengerti kondisi klub yang dizolimi oleh UEFA, dalam artian Champions League uangnya besar namun lebih banyak larinya ke UEFA padahal mereka hanya Event Organizer atau EO.

"Sementara klub ini yang bikin TV rating bagus, brand besar pada masuk itu gue paham. Masuk akal tapi apakah itu salah satu bentuk ketidakadilan, betul itu ketidakadilan tapi bukan super league solusi ketidakadilan tersebut. Masa sih kita mau mengamini sebuah fenomena yang menurut gue absurd banget klub top ingin buat liga sendiri kaya anak gaul anak tajir, dimana nilai sportivitasnya," tuturnya.

Baca Juga: Sambut Hari Kartini, Ketua PKB Carenang: Perempuan Harus Tangguh Selama Pandemi

Menurut dia walau klub sepak bola memiliki hak otonomi, begitu juga owner-nya memiliki hak tersebut, namun sebuah klub tidak akan menjadi seperti saat ini jika hanya faktor mereka sendiri. Namun ada faktor lain.

"Ada ekonomi, ada liga, asosiasi, dan fans. Dari enam klub liga Inggris yang mau masuk Europa Super League termasuk tim yang gue dukung spurs (Tottenham Hotspur), itu fans clubnya semua menentang, termasuk legenda nya menentang," ucapnya.

Ernest mengatakan, walau mereka sempat dilarang atau dibaned tidak boleh ikut piala dunia, liga domestik mereka tidak peduli.

Bahkan seorang Florentino Perez bos Real Madrid mengatakan jika tidak boleh ikut piala dunia maka mereka akan membuat piala dunia sendiri.

Padahal dalam sepak bola tersebut ada mimpi bukan hanya soal perusahaan dan bisnis. Kemudian ada esensi sportivitas.

Baca Juga: Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Wakil Wali Kota Serang Subadri Ushuludin Berduka

"Lu bermimpi jadi kuda hitam tembus papan atas liga, masuk liga Champions dengan pemain seadanya itu membuat olahraga jadi indah. Saat lu liat kejutan kecil klub yang tidak seharusnya ada disitu kemudian berprestasi itulah drama kehidupan dalam olahrgaa, karena disitu drama of live itu yang menjadi drama kehidupan dalam olahraga," tuturnya.

Menurut dia, tidak bisa serta merta karena pandemi dan mereka rugi, menjadikan Europa Super League yang menjanjikan jadi solusi.

Baca Juga: Berantas Buta Huruf Hijaiyah, Rutan Serang Gelar Pesantren Ramadan untuk Warga Binaan Pemasyarakatan

"Tapi bukan itu satu satunya variabelnya. Ada liga, fans, pemain, gue gak kebayang jadi pemain yang mimpinya jdi pemain di pildun terus sudah cukup komitmen dan totalitas serta dipanggil timnas, tiba-tiba gara-gara masuk super league semua pemainnya tidak bisa masuk pildun. Gimana rasanya jadi pemain. Ini sih gila. Gw aja yang bukan siapa siapa kaya Gedeg banget gak kebayang orang orang di Ingris yang dari kecil ngefans sama klub bolanya," ucapnya.

Ia pun mengingatkan jika membaca sejarah liga Inggris, tidak bisa dinafikan jika sepak bola merupakan olahraga rakyat bukan olahraga elit. Dalam pendiriannya ada yang berasal dari buruh hingga para tukang.

"Bukan olahraga bangsawan jadi apa yang terjadi sekarang sedih kesel gondok gue gak tahu apa yang akan terjadi," katanya.***

Editor: Yomanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x