Baca Juga: Menikmati Indahnya Destinasi Wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Soekarno bercerita jika kedua orang tuanya sering bertemu pada sore hari, saat Raden Soekemi melepas lelah usai mengajar.
"Bapak yang bekerja sebagai guru sekolah di Singaraja sering datang ke air mancur di muka pura setelah jam sekolah untuk menikmati ketenangannya," ujarnya.
"Suatu hari ia melihat Ibu, sore demi sore berlalu, dia mulai berani menegur Ibu. Segera dia merasa tertarik kepada Ibu dan begitu sebaliknya," tambah Soekarno.
Hubungan keduanya berjalan ke arah serius, Raden Soekemi kemudian mendatangi kedua orang tua Ida Ayu untuk melamar.
Namun jawaban Nyoman Pasek dan Ni Made Liran adalah tidak, alasannya karena Raden Soekemi adalah orang Jawa.
Dimata kedua orang tua Ida Ayu, pernikahan beda adat dan agama adalah tabu, saat itu perempuan Bali memang tidak pernah menikah dengan orang diluar Bali.
"Perempuan Bali tidak ada yang kawin dengan orang luar. Kalau pun bencana semacam itu terjadi, pengantin baru itu diasingkan dari rumah orang tuanya sendiri," tutur Soekarno.