Mengenal Biola Wage Rudolf Soepratman, Terbuat Dari 3 Jenis Kayu, Saksi Bisu Lagu Indonesia Raya

- 14 Agustus 2021, 15:12 WIB
Biola Wage Rudolf Soepratman saksi bisu lagu kebangsaan Indonesia Raya di senandungkan dalam peristiwa Kongres Pemuda II.
Biola Wage Rudolf Soepratman saksi bisu lagu kebangsaan Indonesia Raya di senandungkan dalam peristiwa Kongres Pemuda II. /Tangkapan layar /museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id

KABAR BANTEN - Wage Rudolf Soepratman merupakan Seniman musik sekaligus pahlawan yang berhasil menciptakan lagu Indonesia Raya. 

Bakat musik yang dimiliki Wage Rudolf Soepratman ini, tak lepas dari campur tangan sang kakak perempuannya yakni Roekijem dan kakak iparnya (suami Roekijem) yakni Willem van Eldik. 

Kebetulan, sang kakak dan kakak iparnya pun pandai bermusik dan bermain alat-alat musik, sehingga Wage Rudolf Soepratman pun turut serta menyukai musik. 

Bahkan, disebutkan dalam laman p2k.unimus.ac.id, Wage Rudolf Soepratman ini gemar membaca buku-buku musik dan pandai memainkan biola. 

Baca Juga: Pelecehan Lagu Indonesia Raya Harus Disikapi Keras dan Serius, Begini Kata Wakil Ketua MPR RI

Ketika tinggal di Jakarta, saat ia merasa tertantang atas tantangan seorang penulis untuk menciptakan lagu kebangsaan, pada tahun 1924 Wage Rudolf Soepratman berhasil menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya. 

Sebelum Indonesia terlepas dari penjajahan Belanda dan Indonesia merdeka diatas tanah ibu pertiwi, lagu Indonesia Raya yang diciptakannya untuk pertamakalinya di kumandangankan. 

Saat itu, pada peristiwa Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 di Jakarta, Wage Rudolf Soepratman pertama kali mengumandangkan lagu Indonesia raya dengan diiringi gesekan biola yang dimainkannya. 

Biola Wage Rudolf Soepratman pun menjadi saksi bisu pertama kali alunan lagu Indonesia Raya dinyanyikan di depan umum. 

Baca Juga: Daftar 68 Pelajar Putra Putri Terbaik Paskibraka Nasional 2021 dari 34 Provinsi

Sebagai alat musik yang mengiringi lagu Indonesia Raya, tentu biola tersebut merupakan alat musik yang sangat penting bagi Wage Rudolf Soepratman. 

Karena berkat iringan gesekan biola tersebut, lagu Indonesia Raya pun mampu menyihir dan menghipnotis para pendegarnya hingga membangkitkan semangat kemerdekaan dalam balutan persatuan dan persaudaraan. 

Dilansir kabarbanten. pikiran-rakyat.com dari laman cagarbudaya.kemdikbud.go.id, biola Wage Rudolf Soepratman tersebut merupakan hadiah dari kakak iparnya Willem van Eldik yang dibeli di Makassar pada tahun 1914.

Biola tersebut dibuat oleh Nicolaus Amatus, seniman dan pengrajin biola di Cremona Italia sekira tahun 1600-an.

Baca Juga: Mengenal Pembentukan Kota Serang, Hari Jadinya di Bulan Kemerdekaan, Miliki Slogan Sarat Makna Makna Toleransi

Sepeninggalan Wage Rudolf Soepratman, biola tersebut di rawat oleh kakak perempuannya yakni Roekijem. 

Pada tahun 1974, saat Museum Sumpah Pemuda diresmikan, Roekijem menyumbangkan biola tersebut untuk dirawat di museum yang didirikan di bekas gedung Indonesische Clubhuis, Jalan Kramat Raya nomor 106.

Biola yang seakan menjadi icon museum sumpah pemuda ini, terbuat dari bahan 3 jenis kayu. 

Sebagaimana disebutkan dalam laman museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id, pada bagian papan depan, terbuat dari bahan kayu Cyprus (Jati Belanda). 

Baca Juga: Mengenal Pekinangan, Pusaka Emas Milik Kesultanan Palembang, Biasa Disajikan Saat Upacara Pemujaan Leluhur

Papan bagian samping, papan belakang, leher, dan kepala termasuk bridge atau jembatan juga terbuat dari bahan kayu maple Italia.

Selanjutnya, pada bagian senar holder, penggulung senar, kriplang, dan end pin terbuat dari bahan kayu hitam atau kayu eboni Afrika Selatan. 

Termasuk pada bagian senar kawat disisipkan kayu eboni yang keras untuk menahan beban senar kawat dan Lis tepi biola dibuat dari rose wood dan eboni.

Biola Wage Rudolf Soepratman tersebut, berukuran standar (4/4), dengan panjang badan 36 cm, lebar badan bagian bawah 20 cm, dan lebar lebar bagian atas yakni 11 cm. 

Baca Juga: Mengenal Tradisi Menyirih, Menyimpan Kisah Dibalik Daun Sirih dan Rajutan Cinta Perempuan Asia

Adapun ketebalan dari biola Wage Rudolf Soepratman tersebut yakni 4,1 cm pada bagian tepi, dan 6 cm pada bagian tengah. 

Yang menjadi penanda dari biola milik Wage Rudolf Soepratman ini, pada bagian badan terdapat dua lubang berbentuk huruf 'S' terbalik (F hole), satu di sisi kiri dan satu lagi di sisi kanan, yang berfungsi untuk membuang gema dari dalam.

Selain itu, pada bagian dalam juga terdapat tulisan 'Nicolaus Amatus Fecit In Cremona 16', sebagai petunjuk nama pembuat dan alamatnya.

Baca Juga: 3 Seniman Ini Melukis dengan Alat tak Biasa, Nomor 3 Jangan Berani Coba-coba

Demikian biola Wage Rudolf Supratman yang sekarang menjadi benda cagar budaya, sebagai saksi bisu lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya pertama kali kumandangkan.***

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x