Tes tersebut mengukur kemampuan peserta survei dalam pemecahan masalah, penalaran, serta perencanaan. Penurunan kecerdasan lebih cenderung terjadi pada penyintas Covid-19 parah.
Meski penurunan kemampuan kognitif bisa terjadi pada penyintas Covid-19 ringan, ternyata gangguan tersebut lebih banyak ditemukan pada pasien yang mengalami infeksi berat.
Dalam sebuah studi di Journal of the Neurological Sciences, sebagian besar partisipan yang pernah dirawat di RS akibat Covid-19 mengalami gangguan kognitif yang cukup parah setelah sembuh.
Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang mengalami kesulitan saat harus kembali bekerja dengan normal. Gangguan tersebut berlangsung setidaknya selama 6 bulan.
Lalu, bagaimana bisa penyakit ini juga memengaruhi otak penderitanya. Hal tersebut masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Sebab, hingga saat ini belum cukup banyak penelitian yang dapat membuktikan kalau virus SARS-CoV-2 bisa masuk ke dalam otak.
Ketika virus berhasil memasuki otak pun, jumlahnya tidak cukup banyak sampai bisa menyebabkan kerusakan otak. Biasanya, virus hanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di pembuluh darah otak.
Namun ada dua kemungkinan mengenai bagaimana infeksi Covid-19 bisa memicu penurunan kecerdasan dan fungsi otak, terutama pada para penyintas.
1. Memicu peradangan otak
Kemungkinan yang pertama adalah, infeksi virus SARS-CoV-2 berpotensi menyebabkan inflamasi atau peradangan pada otak.
Beberapa pasien Covid-19 dilaporkan menderita ensefalitis atau radang otak, yang menyebabkan gejala-gejala seperti kebingungan dan penglihatan ganda.