Fenomena hujan es dapat terjadi karena dipicu oleh adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan.
Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan Cumulonimbus (Cb) yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi, menandakan bahwa adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut.
“Sehingga dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar,” tulis BMKG.
Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan CB, disebut dapat menyebabkan butiran es.
Dengan ukuran yang cukup besar yang terbentuk di puncak awan Cb tersebut, turun ke dasar awan hingga keluar dari awan dan menjadi fenomena hujan es.
Dengan kecepatan downdraft dari awan Cb yang signifikan, kata dia, dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara.
Bahkan ketika sampai jatuh ke permukaan bumi pun, masih dalam berbentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es.***