Mengungkap Mistik 17 Agustus, Angka Suci Hari Kemerdekaan Indonesia, Kisah Dibalik Detik-Detik Proklamasi

- 10 Agustus 2022, 11:38 WIB
Ilustrasi-Sebuah mistik 17 Agustus, tanggal yang dipilih sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia jelang detik-detik proklmasi yang dibacakan Ir. Soekarno.
Ilustrasi-Sebuah mistik 17 Agustus, tanggal yang dipilih sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia jelang detik-detik proklmasi yang dibacakan Ir. Soekarno. /Kolase foto Dok. Arsip Nasional RI/

Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan; ... Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam  ini  juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari.

Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata:  Ini batang leherku, seretlah saya ke  pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !.

Melihat itu, Hatta pun memperingatkan Wikana: Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan  apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan  itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?.

Namun, para pemuda terus mendesak: Apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan  kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah menyerah dan telah  takluk dalam Perang Sucinya !. Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memproklamasikan kemerdekaannya? Mengapa bukan kita yang menyatakan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?.

Soekarno yang amarahnya mulai mereda, dengan lirih berkata: kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan  kesiapan total tentara  Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya?.Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu?. Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak?.

Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang  atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri. Bung Karno menjawab dengan tenang.

Namun, para pemuda bersikukuh dan tetap menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi, Soekarno-Hatta tetap pada pendiriannya semula.

Setelah berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak  bisa memutuskannya sendiri, dan harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno untuk berunding.

Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro.

Hatta pun menyampaikan keputusan, bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima dengan alasan kurang perhitungan serta kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta.

Halaman:

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: setneg.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x