Fakta Sejarah Masyarakat, Suku dan Alam Budaya Aceh, Tempat Para Srikandi Tangguh Pahlawan Kemerdekaan

- 1 April 2023, 19:56 WIB
Fakta Sejarah Masyarakat, Suku dan Alam Budaya Aceh, Tempat Para Srikandi Tangguh Pahlawan Kemerdekaan
Fakta Sejarah Masyarakat, Suku dan Alam Budaya Aceh, Tempat Para Srikandi Tangguh Pahlawan Kemerdekaan /Tangkapan layar YouTube /Daftar Populer

KABAR BANTEN - Aceh adalah salah satu provinsi yang berada di ujung barat Indonesia.

Dikenal sebagai tanah rencong, Aceh memiliki pepatah yaitu " jarak ta jak le peu ta eu, threp udep ke peu tarasa" artinya semakin jauh perjalanan semakin banyak yang dilihat. Semakin panjang usia, semakin banyak yang dirasakan.

Itu bermakna Pengalaman adalah yang terbaik. Orang Aceh umumnya memang senang dengan peribahasa. Dan juga kandungan kalimat bijak tentang kehidupan.

Baca Juga: Kapan Pendaftaran UTBK SNBT 2023 Ditutup?, Berikut Ketentuan dan Syarat yang Harus Diperhatikan

Tidak itu saja, keistimewaan Aceh ada banyak lagi, dengan menelusuri tanah yang disebut Serambi Mekkah. Seperti dikutip Kabar Banten dari kanal YouTube Daftar Populer, berikut Fakta Sejarah Masyarakat, Suku dan Alam Budaya Aceh, Tempat Para Srikandi Tangguh Pahlawan Kemerdekaan

Wanita Aceh biasanya disebut dengan Inong, panggilan umum untuk perempuan Aceh.

Aceh yang beribu kota Banda Aceh adalah salah satu provinsi dengan status daerah istimewa yang diperoleh pada tahun 1959. Guna menjaga stabilitas nasional untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, istilah Daerah Istimewa biasanya diberikan karena faktor situasi di daerah tersebut.

Dan untuk Aceh karena faktor penerapan Syariah Islam sebagai hukum dalam bermasyarakat, bahkan dengan itu diberikanlah kewenangan otonomi khusus dalam bidang agama adat dan pendidikan.

Julukan serambi Mekkah terinspirasi dari bangunan suram boh atau serambi yang ada di depan rumah-rumah di Aceh sebagai tempat singgah sebelum ke rumah empunya.

Ini menggambarkan situasi Aceh di zaman dulu yang menjadi tempat transit sebelum berangkat ke Mekkah. Selain itu, masa kejayaan Aceh dimulai sejak Islam masuk hingga berdirinya Kerajaan Islam yang perekonomiannya bertumpu pada perdagangan rempah-rempah.

Berada di ujung pulau Sumatera, Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala di utara Samudra Hindia, di barat Selat Malaka, di timur serta berbatasan dengan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan.

Telah melalui beberapa kali pemekaran wilayah sejak tahun 1999, kini Aceh memiliki 18 kabupaten dan lima pemerintahan kota.

Kota Sabang yang disebut dalam lagu Dari Sabang Sampai Merauke berada di Aceh, tepatnya di pulau Weh. Berpenduduk mayoritas beragama Islam, dengan persentase 98,2 1%, selebihnya adalah Protestan, Katholik, Budha, Konghucu, dan Hindu.

Aceh kaya akan hasil bumi, dari perkebunan hingga perikanan bahkan menjadi salah satu wilayah dengan potensi bahan tambang yang besar di Indonesia. Dari minyak bumi, gas, emas hingga batu bara yang dikatakan total cadangan sampai 400 76,86 juta ton.

Meski sekarang mayoritas orang-orangnya beragama Islam, namun Aceh pernah mengalami masa perkembangan Hindu-Budha. Di mana kala itu berdiri beberapa kerajaan bercorak Hindu dan juga pernah masuk dalam bagian kejayaan Sriwijaya.

Untuk sebaran Islam sendiri, sejarah masuk sedikit simpang siur. Namun, penelusuran paling jelas bisa dilihat dari berdirinya kerajaan bercorak Islam pertama yakni Kesultanan Perlak yang berdiri pada 1 Muharram 225 Hijriyah, hingga terbentuknya kesultanan Aceh sebagai kelanjutan dari Kesultanan Samudera Pasai yang hancur di abad 14.

Kesultanan Aceh menjadi kerajaan yang cukup lama berdiri dari tahun 1496 hingga 1903.

Dimana pada era Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa alam atau Sultan Aceh kesembilan, Aceh menemui kejayaannya.

 


Dimasa pendudukan Belanda maupun Jepang, Aceh ini dikenal sangat getol dan garang melawan kolonialisme. Namun, buku berjudul Aceh dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki, sejak kemerdekaan di bawah Soeharto, Aceh menerima 1% dari anggaran pendapatan nasional.

Padahal kontribusi Aceh 14 %dari jadi pendapatan nasional. Sebagian besar hasil kekayaan Aceh justru diambil oleh Jakarta.

Meningkatnya produksi minyak hingga tahun 80-an tidak serta merta membawa hidup orang Aceh lebih baik. Apalagi di tingkat pemerintahan didominasi oleh orang Jawa.

Inilah yang memicu lahirnya gerakan aceh merdeka pimpinan Hasan Tiro sejak 4 Desember 1976. Pemerintah Orde Baru merespon ini dengan keras pada tahun 1990 Aceh ditetapkan sebagai Daerah Operasional Militer atau DOM, yang berakhir oada tahun 1998. Seiring tumbangnya Soeharto, hingga akhirnya tsunami besar menyapu Aceh di tahun 2004.

Hal ini melemahkan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), kemudian bergulirlah perundingan tahun 2005, yang menghasilkan kesepakatan damai di Helsinky. Sayap militer GAM dibubarkan dan sejata dilucuti, lalu hasil yang paling kentara saat ini adalah berdirinya partai-partai lokal Aceh yang berisi elit GAM dan mantan kombatan. Mereka mengubah haluan perjuangan, dengan menempuh jalur demokrasi ala Indonesia.

Menurut legenda Aceh, ada beberapa suku yang mendiami daerah ini. Pertama ada Suku Mante yang diduga masih berkerabat dengan Batak Gayo, dan Alas. Lalu yang kedua, ada Suku Lanun yang dikenal sebagai bajak laut paling ditakuti di perairan Asia Tenggara berasal dari Filipina dan juga disebut masih berkerabat dengan Suku Semang yang juga awalnya mendiami Aceh.

Suku pemburu nomaden yang lebih awal dan lama menduduki daerah Semenanjung Malaya. Namun, keberadaan Suku Mante belum ada bukti ilmiahnya untuk memastikannya.

Meski samar-samar, ada yang menganggap mereka ini sudah punah setelah bercampur dengan suku bangsa pendatang lainnya. Seperti pada masa redupnya Kerajaan Sriwijaya, Suku Melayu mulai berpindah ke Aceh, mendiami lembah, dan Sungai Tamiang yang subur, sehingga dinamakan suku Tamiang. Suku Minang ikut bermigrasi juga menempati daerah subur dengan membuka ladang dan berdagang.

Suku-suku inilah yang kemudian berkembang mengutip Historia, penjelajah Perancis yang datang pada tahun 1602, bahwa orang-orang Aceh menutupi kemaluannya dengan semacam ikat pinggang yang dililitkan.

Namun semuanya berubah seiring masuknya banyak budaya, yang kemudian lebih banyak dipengaruhi orang Minang dan ajaran Islam.

Perubahan pakaian adat pernikahan orang Aceh Dari masa ke masa bisa dilihat ilustrasi pakaian orang Aceh. Bisa disimpulkan sementara, wanita Aceh telah lama menggunakan tudung kepala dan pakaian yang panjang. Saat ini pakaian adat Aceh bisa jelas terlihat bernuansa Minang dengan menutup seluruh badan menggunakan hiasan kepala yang tinggi.

Untuk perempuan terbuat dari tenunan berbahan Sutra dan kapas. Untuk perempuan pakaian yaitu dikenal dengan nama Ulee Balang, kemudian bagi pria adalah Linto Baro.


Dan untuk pernikahan jika kita mengenal perempuan Bugis lah yang paling mahal maharya, maka perempuan Aceh berada di peringkat kedua. Hak perempuan memegang jabatan dibolehkan, asalkan memiliki syarat-syarat kecakapan dan ilmu pengetahuan.

Jangan kaget jika Aceh menjadi tempat pejuang perempuan terbanyak di Indonesia, mungkin juga di dunia. Dari era kesultanan Aceh hingga masa kolonial Belanda, diantaranya ada Ratu Nahrisyah, Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Syah, Sri Sultan Nurul Alam Naqiatuddin Syah, Sultanah Inayat Zakiatuddin Syah, kemudian Ratu Kamalat Zainatuddin Ayah, Cut Mutia, Pocut Baren, Pocut Meurah Intan, dan ulama besar perempuan Teungku Fakinah. Dan jangan lupakan dua nama jenderal perang perempuan yang dimasukkan ke dalam 7 Jenderal perang dunia yang paling hebat sepanjang masa, yaitu Laksamana Malahayati atau Keumalahayati dan Cut Nyak Dien.

Nama-nama tadi adalah Srikandi keras kepala yang tidak mengenal kompromi demi kedaulatan wilayahnya.

Budaya Aceh juga sudah mendunia, sebut saja tari Saman yang telah dipentaskan di panggung dunia, tari dari Suku Gayo yang biasanya ditampilkan di acara-acara termasuk perayaan kelahiran Nabi Muhammad.

UNESCO telah memasukkan tarian ini ke dalam daftar representatif budaya takbenda warisan manusia, untuk melindungi warisan budaya tersebut.

Nyanyian orang-orang Aceh juga dikenal enak didengar, sebut saja Bungong Jeumpa. Ada lagu dengan judul lainnya seperti Aceh Loh Sayang dan Jambo-jambo.

Kemudian untuk rumah adat ada yang bernama Krong Bade atau rumah Aceh, adalah salah satu warisan budaya nusantara yang hampir punah. Rumah dengan model panggung dengan pilar-pilar dan tangga di depannya sebagai jalan masuk tamu inilah yang menjadi ciri khasnya.

Untuk kuliner terdapat Mie Aceh yang sudah dikenal sampai keluar Aceh. Lalu Sayur Pliek U atau disebut Kuwah Pliek U yang sudah jarang ditemukan. Ada cemilan khasnya, bisa disantap sembari mengunjungi beberapa destinasi wisatanya yakni pisang sale.

Olahan buah pisang yang disisir tipis kemudian dijemur lalu digoreng dan disajikan bisa dengan teh ataupun kopi.

Ada Museum Tsunami Aceh yang dibangun di tahun 2009 untuk memperingati kejadian besar kala itu. Dan untuk mengenang para korban, nama-nama mereka tertera di salah satu bagian dindingnya. Jika tidak begitu suka melihat masa lampau, bisa membawa cemilan pisang sale.

Beberapa destinasi wisatanya yaitu Pulau Weh, pulau terluar di ujung barat Indonesia. Nikmati keindahan Bahari plus aslinya pedesaan.

Selain itu ada juga Taman Nasional Gunung Leuser yang mengambil nama dari salah satu gunung yang ada di Aceh. Taman Nasional ini meliputi ekosistem dari pantai sampai pegunungan.

Baca Juga: 52 Nama Bayi Perempuan Islami, Dua Kata Bermakna Cantik, Penuh Ketakwaan, Calon Penghuni Surga

Itulah sejarah dan budaya Aceh yang memiliki fakta unik seputar kehidupan masyarakatnya.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: Youtube Daftar Popular


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x