10 Badak Jawa Menghilang

- 27 Februari 2018, 14:00 WIB
4---hl-badak
4---hl-badak

Balai Taman Nasional Ujung Kulon merilis sepanjang tahun 2017 tercatat ada sekitar 10 ekor badak jawa atau badak bercula satu menghilang dalam kawasan. Dari data terakhir, tercatat sebanyak 67 populasi badak. Namun setelah dilakukan perekaman ulang, tim monitoring hanya melihat pergerakan jejak sebanyak 57 badak. Kepala Balai TNUK, Mamat Rahmat mengatakan, selama dilakukan proses perekaman kegiatan spesies dilindungi itu sejak Januari hingga Desember 2017, diperoleh sebanyak 36.797 klip video. Terdiri atas 736 klip video badak jawa, 9.488 klip satwa lain dan yang terpantau ada 23 jenis. "Sedangkan sisanya sebanyak 26.573 klip video non satwa. Dari hasil identifikasi, yang terekam kamera video trap hanya sebanyak 57 individu," kata Kepala Balai TNUK Pandeglang, Mamat dalam siaran pers Hasil Monitoring Populasi Badak Jawa Tahun 2017 di TNUK, di salah satu rumah makan di Pandeglang, Senin (26/2/2018). Acara tersebut dihadiri Bupati Pandeglang Irna Narulita dan Direktur Konservasi pada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bambang Dahono. Menurut Mamat, diperkirakan tidak terekamnya 10 individu hewan bernama latin Rhinoceros Sondaicus Desmarest itu, karena berpindah jalur. Sehingga berada di luar jangkauan pengamatan kamera."Dari sepuluh badak jawa yang tidak terekam itu atas nama Kasih, Wira, Ratu, Satria, Srikandi, Sari, Tiara, Rimbani, Melati, Ratih," tuturnya. Sejak pemasangan video trap tahun 2011, angka populasi badak jawa yang terekam terus meningkat. Indentifikasi yang terekam tahun 2012, terdata sebanyak 51 individu badak jawa. Hingga tahun 2016, angkanya bertambah menjadi 67 individu. "Komposisi jenis kelaminnya 37 individu jantan dan 30 individu betina. Serta kelas umur anak sebanyak 13 individu dan remaja-dewasa 54 individu. Sedangkan hasil pemantauan lapangan tim monitoring tahun 2017, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kematian badak jawa," ucapnya. Namun saat ini, dari 100 kamera video trap yang terpasang, hanya 50 persen yang aktif dan masih bagus. Sisanya rusak sehingga berpengaruh terhadap hasil clip video badak jawa. "Tetapi dengan masih ditemukannya klip-klip video anak badak jawa dalam jumlah yang relatif besar, menunjukkan populasi hewan yang hanya hidup di TNUK itu masih mengalami perkembangbiakan alami dengan baik. Sehingga memberi harapan besar bagi keberlangsungan hidup satwa langka tersebut," tuturnya. [embed]https://www.youtube.com/watch?v=pRLmN01PA9U[/embed] Menjaga kelestarian Sementara itu, Bupati Pandeglang, Hj. Irna Narulita mengatakan, Pemkab siap ikut menjaga kelestarian badak jawa tersebut. Untuk itu, dia bersama aparat kecamatan, desa dan warga sekitar untuk menjaga kelestarian salah satunya agar ternak kerbau warga agar tidak memasuki kawasan TNUK. Sebab, diduga kotoran kerbau bisa membawa penyakit bagi badak tersebut. "Kita bersama-sama mempunyai tanggung jawab yang besar, untuk merawat menjaga, melestarikan kawasan TNUK dan tentunya satwa yang kita bangga banggakan milik dunia yakni badak bercula satu," katanya. Sementara itu, Direktur Konservasi pada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bambang Dahono mengatakan, Balai TNUK dituntut untuk meningkatkan populasi hingga 10 persen. Namun target tersebut diklaim sudah tercapai. "Terjadi peningkatan populasi badak jawa yang mencapai 17,4 persen atau terjadi kelahiran sebanyak 10 badak jawa sejak 2015 hingga 2017," ucapnya. (Iman Fathurahman)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah