Mengenal Kesenian Ubrug, Teater Tradisional yang Berasal dari Banten

8 November 2021, 12:47 WIB
Kesenian ubrug Banten. /Tangkapan layar/YouTube Micromedia Project

KABAR BANTEN - Tidak hanya dikenal dengan kesenian debusnya, Provinsi Banten juga punya kesenian teater bernama ubrug.

Hampir mirip dengan kabaret kesenian ubrug biasa dipentaskan masyarakat untuk hari-hari besar seperti hajatan.

Ubrug merupakan teater tradisional yang berkembang di daerah Banten. Kesenian ubrug ini merupakan perpaduan antara unsur komedi, gerak, musik, dan sastra (lakon).

Baca Juga: Siapin Playlist! Ini Deretan Judul Lagu Sheila On 7 yang Siap Bikin Kalian Flashback

Dikutip Kabar Banten dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, persebaran kesenian ubrug dimulai dari Leuwi Damar-Cikeusal-Pagelaran Pandeglang-Panimbang.

Di Serang, ubrug berkembang dari Kampung Prisen, Desa Kiara, Kecamatan Walantaka. Grup Cantel merupakan grup tertua dan tersohor di Kota Serang.

Dalam Kamus Bahasa Sunda, kata ubrug berarti sebagai bangunan darurat, tempat bekerja sementara untuk beberapa hari saja, misalnya untuk kepentingan hajatan atau pesta.

Kemudian kata tersebut digunakan sebagai nama kesenian, mungkin dikarenakan pada masa lalu pemain kesenian Ubrug sering berpindah tempat dan membuat bangunan sementara saat akan mengadakan suatu pertunjukan.

Orang-orang kemudian menyebutnya sebagai pemain Ubrug, pemain yang tinggal di tempat darurat.

Lain halnya dengan pendapat Mutia Kasim (dalam Walidat, 1997), yang menyebutkan bahwa ubrug diambil dari kata ngagebrug.

Dalam pertunjukan Ubrug, semua pemain, baik laki-laki maupun perempuan, tua muda, beserta para penonton sama-sama menempati satu tempat pertunjukan atau sagebrug (bahasa Sunda).

Terlepas dari berbagai pendapat tersebut mengenai asal kata ubrug, kini, orang-orang akan langsung menujukan pikirannya kepada seni pentas semacam sandiwara yang berasal dari daerah Banten yang diiringi dengan iringan waditra.

Baca Juga: Uniknya Banten, Satu Wilayah dengan Tiga Bahasa Daerah

Waditra adalah perlatan yang mengiringi ubrug, terdiri atas kendang indung (gendang besar) dan dua buah kulanter (gendang kecil); dua buah saron; sebuah gambang, rebab, goong, dan kecrek.

Kelompok kesenian ubrug di Banten menggunakan nama-nama unik seperti Ubrug Baskom, Tolay, Kobet, Nyi Ponah, Mang Cantel, Si Jari, Rasim, Kasnadi, dan sebagainya.

Bahasa yang digunakan dalam pementasan kesenian ubrug terkadang penggabungan dari bahasa Sunda, Jawa, dan Melayu (Betawi).***

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: Kemdikbud

Tags

Terkini

Terpopuler