Mengenal Mahkota Sultan Banten, Pusaka Bertatahkan Batu Mulia, Bermotif Floral Penanda Perkembangan Islam

- 7 Agustus 2021, 14:43 WIB
Mewahnya Mahkota Sultan Banten, bertabur emas, perak bahkan batu mulia sebagai benda cagar budaya di Museum Nasional.
Mewahnya Mahkota Sultan Banten, bertabur emas, perak bahkan batu mulia sebagai benda cagar budaya di Museum Nasional. /Tangkapan layar /cagarbudaya.kemdikbud.go.id

KABAR BANTEN - Mahkota merupakan salah satu penanda atau simbol terpenting dari sebuah kerajaan. 

Sebagai lambang kekuasaan, tidak sembarang orang di kerajaan dapat memakai mahkota. 

Biasanya, seseorang yang dapat memakai mahkota dalam sebuah kerjaaan adalah seorang Raja yang berkuasa. 

Baca Juga: Mengenal Lada Banten, Alat Diplomasi Para Sultan, Disebut Tome Pires Lebih Istimewa Dibanding Cochin India

Mahkota biasa digunakan Raja di atas kepala sebagai penutup kepala dan tentu mempunyai makna dan arti tersendiri bagi Raja, Kerjaan, dan Rakyatnya. 

Kebanyakan, mahkota yang dimiliki kerajaan-kerajaan di Indonesia, berlapiskan emas. 

Begitupan dengan mahkota yang dimiliki kerajaan Banten. 

Sebagai salah satu peninggalan yang berhasil diselamatkan setelah runtuhnya Kerjaan Banten, mahkota emas para Sultan Banten ini, terpampang menjadi koleksi di Museum Nasional. 

Baca Juga: Sate Bandeng Khas Banten, Diciptakan Juru Masak Sultan Hasanuddin, Begini Sejarahnya

Mahkota emas Sultan Banten ini, dalam SK Nomor 170/M/2018, ditetapkan sebagai benda cagar budaya pada 9 Juli 2018.

Dilansir kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari laman cagarbudaya.kemdikbud.go.id, rupa Mahkota Sultan Banten ini, berbentuk kubah dengan puncak menyerupai kunci bunga. 

Bagian luar Mahkota Sultan Banten tersebut terbuat dari emas 24 karat, perak, dan bertatahkan 116 batu mulia. 

Bagian dalamnya, Mahkota Sultan Banten tersebut terbuat dari emas kuarsa yang dibentuk tipis seperti kawat berwarna agak kemerahan, yang diletakkan pada bagian luar penutup kepala. 

Baca Juga: Sejarah Rabeg, Kuliner Khas Favorit Sultan Banten

Sementara untuk bagian penutup kepala Mahkota Sultan Banten tersebut terbuat dari logam perak dengan lubang pada bagian atas yang berfungsi untuk mengaitkan dengan Mahkota bagian luar. 

Selain bertabur emas, batu mulia dan perak, Mahkota Sultan Banten ini juga bermotif floral sebagai ciri khas Islam. 

Untuk diketahui, Kerajaan Banten ini pertama kali didirikan pada abad ke-16 oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. 

Namun, Sunan Gunung Jati ini tidak pernah menjadi Raja, dan Raja pertamanya adalah anaknya yakni Sultan Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakinking. 

Baca Juga: Uniknya Banten, Satu Wilayah dengan Tiga Bahasa Daerah

Oleh karenanya, Sebagaimana informasi yang disadur kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari laman Facebook Museum Nasional Indonesia, yang pernah menggunakan Mahkota kerajaan adalah Sultan Maulana Hasanuddin pada Tahun 1552 hingga Sultan Muhammad Rafiudin tahun 1820.

Dengan letak wilayah strategis yang dekat dengan selat Sunda Banten disebut sebagai kota Bandar perdagangan. 

Bahkan, Banten menjadi gerbang perdagangan para bangsa Eropa, China, India, Arab dan lainnya yang mengincar rempah nusantara termasuk rempah Lada yang merupakan produk unggulan Banten. 

Kejayaan dan Kemakmuran Banten tersebut, buah hasil dari pembangunan Sultan Banten yang namanya tersohor bahkan dijadikan sebagai nama salah satu Universitas Negeri di Banten yakni Sultan Ageng Tirtayasa. 

Baca Juga: Bagaimana Hukum Memperbesar Kemaluan Menurut Pandangan Islam? Simak Penjelasan Buya Yahya

Namun, akibat hasutan Belanda, terjadi perang saudara antara ayah dan anak yakni antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji, hingga menyebabkan runtuhnya Kesultanan Banten. 

Hingga akhirnya, pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abdul Fattah menyerah. 

Dengan menyerahnya Sultan Ageng Tirtayasa, itulah awal mula runtuhnya Kesultanan Banten. 

Dengan perlahan, Belanda pun menguasai Banten, menghancurkan istana dan Raja, bahkan menjarah kekayaan. 

Termasuk, Mahkota sang Raja pun diambil saat runtuhnya Banten pada 1832 setelah 3 Abad Kesultanan Banten berkuasa. 

Mahkota tersebut diambil alih Belanda kemudian disimpan di Bataviaasch Genootschap yang sekarang merupakan Museum nasional.***

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah