5 Miskonsepsi Perlu Diluruskan Dalam Penerapakan Implementasi Kurikulum Merdeka

26 Juli 2022, 07:51 WIB
Implementasi kurikulum merdeka /kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id./Tangkapan Layar

KABAR BANTEN - Kurikulum merdeka yang diluncurkan Menteri Pendidikan Kebudayaan  Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) untuk mengejar ketertinggalan pendidikan akibat pandemi Covid-19.

Dalam penerapan kurikulum merdeka terdapat miskonsepsi ditengah masyarakat terkait pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang perlu diluruskan Badan Standard Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikburistek.

Kurikulum Merdeka ini ditujukan untuk mengurangi dampak penurunan performa belajar siswa, berikut 5 miskonsepsi yang harus diluruskan dalam implementasi kurikulum merdeka, seperti dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari laman paudpedia.kemdikbud.go.id.

Baca Juga: Warga Negera Asing Ingin Belajar Di Indonesia, Ini Persyaratan dan Alur Rekomendasi

1. Kurikulum merdeka merupakan salah satu bagian dari upaya menyeluruh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Peningkatkan kualitas pembelajaran memerlukan perubahan atau transformasi yang sistemik
Prinsip utama Kurikulum Merdeka adalah berorientasi pada murid, atau memprioritaskan tumbuh kembang murid secara utuh.
Pengembangan kompetensi dan karakter peserta didik menjadi sasaran utamanya. Dari sisi guru sendiri, Kurikulum Merdeka memudahkan guru untuk lebih fokus pada peserta didik.

Baca Juga: Tes Psikologi: 6 Pertanyaan Sederhana Ini Bisa Ketahui Metode Belajar yang Tepat Buat Kamu

2. miskonsepsi bahwa seolah-olah ada cara penerapan kurikulum merdeka yang benar atau salah secara absolut.
Sedangkan Kurikulum Merdeka bersifat kontekstual, sehingga penerapannya berbeda setiap sekolah.
Ini karena kebutuhan, karakteristik dan fasilitas peserta didik berbeda. Padahal penerapan kurikulum merdeka dikatakan berhasil apabila dalam menstimulasi tumbuh kembang, karakter dan kompetensi anak didik.

Baca Juga: Belajar Tatap Muka, Ini Pesan Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek

3. Ada miskonsepsi yang mengatakan bahwa sekolah harus menunggu pelatihan dari pusat terlebih dahulu untuk menerapkan Kurikulum Merdeka.
Tidak perlu menunggu karena Kemendikbudristek percaya bahwa guru dan sekolah bisa mengambil inisisatif untuk mengembakan kapasitasnya secara mandiri.

4. Miskonsepsi bahwa proses penerapan kurikulum ini bisa instan. Proses belajar tentunya panjang dan kompleks sehingga membutuhkan waktu.

5. Terdapat miskonsepsi yang mengatakan bahwa penerapan Kurikulum Merdeka hanya bisa diterapkan di sekolah dengan fasilitas yang lengkap.
Kurikulum Merdeka fleksibel sehingga bisa dijalankan sesuai dengan kebutuhan sekolah dimanapun termasuk sekolah di daerah pelosok bahkan dengan fasilitas yang minim.

Nah itu tadi miskonsepsi yang harus diluruskan kepada masyarakat, bahwa implementasi kurikulum merdeka untuk mengejar penurunan belajar siswa yang terjadi akibat pandemi Covid-19.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: paudpedia.kemdikbud.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler