SERANG, (KB).- Terjadinya bencana alam tentu memengaruhi berbagai sektor salah satunya lembaga pendidikan. Selama ini upaya penanggulangan bencana melalui manajemen pendidikan yang komprehensif dan tanggap bencana masih sangat lemah, baik bagi kalangan peserta didik di sekolah-sekolah maupun kalangan masyarakat umum. Hal tersebut disampaikan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Bina Bangsa (Uniba) Budi Ilham Maliki, di ruang kerjanya, Selasa (29/1/2019). "Selama ini untuk menanggulangi bencana masih tidak terlaksana dengan baik. Setiap lembaga pendidikan menerapkan manajemen pendidikan darurat tanggap bencana," kata Budi kepada Kabar Banten. Ia mengatakan, manajemen pendidikan darurat tanggap bencana merupakan sistem manajemen pelayanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap terhadap bencana. "Ada tiga bidang manajemennya yang harus dipahami, yakni manajemen pendidikan siaga darurat bencana sebelum bencana terjadi. Manajemen pendidikan tanggap darurat bencana setelah bencana terjadi. Manajemen pendidikan pulih darurat bencana pascabencana, dari transisi darurat sampai normalisasi," ucapnya. Ia mengatakan, pelaksanaan manajemen pendidikan siaga darurat bencana di sekolah-sekolah maupun di masyarakat masih lemah. Kebanyakan sekolah belum melaksanakan manajemen pendidikan tanggap darurat bagi peserta didik yang terdampak bencana, juga masih belum memenuhi standar minimum yang semestinya. "Semua stakeholder harus bersinergi untuk memulihkan pascabencana, karena pelajar yang mengalami bencana itu butuh pemulihan psikologi mereka untuk semangat lagi belajar," tuturnya. Menurut dia, manajemen pendidikan tanggap bencana untuk mengantisipasi bencana ke depan. Sekolah harus sudah siap siaga ketika bencana dan setelah bencana terjadi. "Dunia pendidikan harus melihat bahwa tanggap bencana tersebut, sebagai kebutuhan dan harus diimplementasikan dalam kurikulum di setiap sekolah. Kapanpun bencana terjadi siswa dan warga sekolah harus mampu menghadapi bencana dengan baik," ucapnya. (DE)*