Mengenal Peran Sutan Syahrir dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia

- 15 Agustus 2023, 08:30 WIB
Sutan Syahrir Pahlawan Kemerdekaan.
Sutan Syahrir Pahlawan Kemerdekaan. /Tangkapan Layar Laman Kemendikbud/

KABAR BANTEN - Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari perjuangan para pahlawan salah satunya Sutan Syahrir.

 

Sutan Syahrir merupakan salah satu tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia agar bisa lepas dari penjajahan Belanda.

Selain itu, Sutan Syahrir juga memiliki peran yang sangat signifikan dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, terutama pasa masa awal kemerdekaan.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Bendera Merah Putih, Lambang Kemerdekaan Indonesia

Diketahui Sutan Syahrir lahir pada 5 Maret 1909 di Kota Padang, Sumatra Barat, dan meninggal pada 9 April 1966 si Zurich, Swiss, di usia 57 tahun.

Sutan Syahrir sendiri juga memiliki beberapa peran utama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Dilansir dari laman resmi Kemdikbud, berikut beberapa peran utama Sutan Syahrir dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

 

1. Pendiri Partai Sosial Indonesia (PSI)

Pada tahun 1948, Sutan Syahrir merupakan salah satu pendiri Partai Sosialis Indonesia (PSI).

Partai ini diketahui memiliki pengaruh kuat dalam gerakan perlawanan terhdapat penjajahan Belanda dan kolonialisme.

Saat menjadi pemimpin PSI, Sutan Syahrir kerap mendorong penyebaran gagasan-gagasan sosialis di Indonesia.

2. Pergerakan Nasional

Lebih lanjut, Sutan Syahrir juga menjadi salah satu tokoh pergerakan nasional Indonesia yang aktif sebelum dan selama Perang Dunia II.

Awalnya, Syahrir terlibat dalam aksi-aksi sosial yang kemudian mengarah ke ranah politik. Saat para pemuda masih terikat pad organisasi lokal.

Pada 20 Februari 1927, Sutan Syahrir menjadi salah satu dari sepuluh inisiatif pendiri dalam mendirikan himpunan pemuda nasionalis bernama Jong Indonesie.

Himpunan tersebut kemudian mengubah namanya menjadi Pemuda Indonesia seiring dengan berjalannya waktu dan menjadi kekuatan penggerak di balik penyelenggaraan Kongres Pemuda Indonesia.

Pada 1928, kongres ini menjadi peristiwa bersejarah yang memunculkan Sumpah Pemuda. Meski saat itu dirinya masih menjadi seorang pelajar sekolah menengah.

Sutan Syahrir sudah dikenal oleh pihak kepolisian Bandung karena perannya sebagai pemimpin redaksi majalah Himpunan Pemuda Nasionalis.

Selain itu, dirinya juga memiliki peran aktif dalam memimpin berbagai gerakan dan demonstrasi yang menuntut kemerdekaan dari penjajahan Belanda.

3. Berperan dalam Negosiasi dengan Dunia Internasional

Lebih lanjut, Sutan Syahrir juga diketahui memberikan pidato di hadapan sidang Dewan Keamanan PBB Pada 14 Agustus 1947.

Di dalam pertemuan tersebut dirinya dihadapkan dengan berbagai perwakilan dari berbagai negara di dunia.

Syahrir secara terperinci menjelaskan jika Indonesia sebagai sebuah bangsa yang sudah memiliki peradaban berabad-abad dan kemudian dieksploitasi oleh pihak kolonial.

Syahrir juga mengungkapkan dan meruntuhkan satu per satu argumen yang sudah diajukan oleh wakil Belanda yaitu Eelco van Kleffens.

Di kesempatan bersejarah tersebut, Indonesia berhasil memperoleh pengakuan sebagai negara yang berjuang untuk kedaulatannya di panggung internasional.

Melalui intervensi PBB dalam kasus ini, permasalahan antara Indonesia dan Belanda tidak bisa diabaikan dan dianggap sebagai urusan domestik Belanda semata.

Pidato tersebut juga memberikan dampak penting dalam menjadikan pertikaian antara Indonesia dan Belanda sebagai masalah internasional yang memerlukan perhatian global.

Bukan hanya itu, Syahrir juga memiliki peran penting dalam negosiasi dengan pihak Belanda setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Dirinya terlibat dalam perundingan dengan delegasi Belanda di Konferensi Meja Baunda (KMB) yang berlangsung pada 1949.

Meski hasil KMB tidak sepenuhnya memuaskan Indonesia, Sutan Syahrir tetap dianggap sebagai salah satu negosiator yang berusaha keras memperjuangkan kepentingan Indonesia.

4. Perdana Menteri Pertama Republik Indonesia

pada tahun 1945 sampai 1947, Sutan Syahrir menjabat sebagai Perdana Menteri pertama di Indonesia.

Paman dari penyair Chairil Anwar tersebut gigih mempertahankan kedaulatan Indonesia dan membangun fondasi negara yang baru saja merdeka.

Namun, akhirnya dia mengundurkan diri karena perbedaan pandangan politik dengan Presiden Soekarno.

5. Mengkritik terhadap Sentralisasi Kekuasaan

Setelah Sutan Syahrir mengundurkan diri dari jabatan sebagai Perdana Menteri, dirinya tetap terus mempertahankan pandangannya tentang pentingnya pembagian kekuasaan yang lebih terdesentralisasi dalam sistem pemerintahan.

Sayangnya, pandangan ini berbeda dengan pandangan sentralisasi yang diusung oleh pemerintahan Soekarno.

Meskipun peran Sutan Syahrir dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia cukup signifikan, dan mengahadapi tantangan dan kontroversi dalam perjalanan politiknya.

6. Gelar Pahlawan

Setelah menjalani masa pengasingan sebagai tawanan politik akibat perseteruannya dengan Bung Karno di Swiss.

Sutan Syahrir akhirnya berpulang dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Seluruh pengabdiannya kepada republik Indonesia diakui dengan penetapan statusnya sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada 9 April 1966 melalui Keputusan Presiden Soekarno No 76 Tahun 1966.

Baca Juga: Mitos dan Misteri Legenda Prabu Siliwangi di Leweung Sancang Hutan Paling Kramat di Indonesia

Sampai saat ini, perjuangan dan pemikiran Sutan Syahrir tetap menjadi bagian integral dari sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Demikian informasi terkait peran Sutan Syahrir dalam kemerdekaan Indonesia.***

Editor: Rifki Suharyadi

Sumber: Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah