Arsip Lama Tsunami Lebak Selatan Dibuka LIPI, Gugus Mitigasi : Bukan Menakut-nakuti Tapi Waspada

8 Februari 2021, 09:23 WIB
Ilustrasi Tsunami. /Pixabay/Smimbipi

KABAR BANTEN – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membuka arsip lama berupa tsunami purba atau masa lalu di Lebak selatan.

Pengungkapan arsip lama tsunami purba di Lebak selatan ini, menurut Inisiator Gugus Mitigasi Lebak Selatan, Abah Lala menuturkan, dengan sain,  bisa membuka arsip lama tentang kejadian tsunami.

"Setelah mendengar penjelasan, membuat saya tercengang. Karena rumah saya saat  ini berada di ketinggian 60 meter di atas permukaam air laut. Tapi pas melakukan pengeboran pompa air, banyak cangkang kerang, tripang ketarik ke permukaan,"katanya pada webinar tentang tsunami purba di Lebak selatan di Villa Hejo Kiarapayung, Desa Panggarangan, Kecamatan Panggarangan, Minggu, 7 Februari 2021.

Baca Juga : Peristiwa Dini Hari Sebelum Lebak Diguncang Gempa Magnitudo 3.2

Padahal, kata dia, jarak rumah ke tepi pantai itu sekira 1 kilometer. Habitat  mereka hidupnya juga di laut.

"Apakah ini bisa dikorelasikan dengan kejadian tsunami. Dimana berdasarkan kearipan lokal cerita turun - menurun bahwa sebelum Bayah menjadi kota akan terjadi caah (banjir) laut, apakah banjir ini tsunami,"katanya.

Berangkat dari banyaknya penelitian dan adanya kearipan lokal, memotivasi untuk segera dibentuk gugus mitigasi bencana.

Baca Juga : Peringatan Dini BMKG: Pandeglang dan Lebak Waspada Cuaca Buruk, Warga Pesisir Hati-hati Gelombang Laut Tinggi

"Gugus Mitigasi Bencana dibentuk bukan untuk menakut - nakuti tapi mengedukasi masyarakat pentingnya evakuasi mandiri,"katanya.

PIhaknya mengatakan akan berupaya mengedukasi masyarakat.

"Kali ini,  kami juga mencoba kegiatan gugus mitigasi bencana, dengan mengundang Camat Panggarangan, bagaimana kita berkolaborasi mengedukasi masyarakt bukan menakut nakuti tapi supaya bisa hidup tenang di zona bahaya,"katanya.

Abah lala, mengungkapkan, edukasi wajib diperkenalkan kepada masyarakat agar dapat meminimalisasi jatuhnya korban jiwa. Salah satunya ialah membangun komunikasi di lingkungan intern keluarga sendiri.

Baca Juga : Jejak Tsunami Purba Ditemukan di Lebak Selatan Banten, LIPI Tunjukkan Buktinya, Bikin Para Ahli Tercengang

"Kita harus bisa memetakan dan memberitahukan kepada anak maupun istri bahwa kalau terjadi gempa harus lari ke sini dan menunggu di sini titiknya. Terus ketika sudah berada di tempat aman, tunggu sampai situasi aman,"katanya.

Bentuk pemetaan yang dimaksud ialah, ketika anak berada di sekolah ditunjukin arah larinya harus ke mana. Kemudian kalau sedang bermain, tempat apa saja harus dihindari.

"Terus kita kasih tahu, titik aman saat gempa ialah pergi ke tanah lapang. Kemudian lari ke tempat lebih tinggi, lokasinya di mana itu dipetakan bersama keluarga agar jangan panik tapi bisa melakukan evakuasi mandiri termasuk pada anak kita masih kecil sekalipun harus diajari agar pas kejadian bisa terhindar dari bahaya,"katanya.

Baca Juga : Hujan Ekstrem Mengguyur Sejumlah Wilayah di Indonesia, Kapan Akan Berakhir? Ini Prediksi BMKG

Camat Panggarangan Kabupaten Lebak Lingga Segara menuturkan, dirinya sangat mengapreasi kegiatan ini," karena memang masyarakat di sini dekat sekali dengan pantai,"katanya.

Pada saat beredar luas akan adanya potensi gempa 9 skala richter dan tsunami setinggi 20 meter itu ada kepanikan di masyarakat. Di Panggarangan sendiri pada saat ini masih terpasang plang penunjuk jalur evakuasi dan titik kumpul.

"Kami mengapresiasi Abah Lala membentuk  Gugus Mitigasi Lebak Selatan. Dibentuk untuk pengurangan resiko, apalagi kalau tsunami terjadi malam har sementara dari sisi infrastruktur di Panggarangan alat pendeteksi dini gak ada," katanya.

Baca Juga : Ikan Gabus Hias, Predator Idola Baru Pehobi Aquarium

Lingga mengaku, dirinya pada tahun 2004 pernah ke Aceh. Diperbantukan untuk memberi semangat pada korban bencana.

"Ketika tsunami besar terjadi, gedung besar saja hancur karena kecepatan laju air laut. Kita bayangkan di Panggarangan, kurang dari satu kilo ke tepi pantai, memang kita harus trus melakukan sosialisasi mitigasi bencana," katanya.

Sosialisasi mitigasi bencana penting dilakukan agar masyarakat tidak lupa dalam kesiapsiagaan bencana.

"Kita tidak berharap gempa terjadi. Mudah -mudahan masyarakat tidak panik, tapi bisa evakuasi mandiri," katanya.***

Editor: Maksuni Husen

Tags

Terkini

Terpopuler