KABAR BANTEN - Bojonegara merupakan salah satu kecamatan yang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Serang, terletak di sebelah utara-barat Kabupaten Serang.
Bojonegara adalah daerah yang sebagian besar wilayahnya merupakan pesisir dari teluk Banten di sebelah Barat. Itu sebabnya, potensi alam melimpah yang dimiliki Bojonegara adalah hasil sumber daya kelautan.
Dilansir KabarBanten.com dari buku sejarah nama-nama tmpat berdarkan cerita rakyat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2014 yang disusun oleh Juliadi dan Neli Wachyudin, dahulu Bojonegara sebenarnya merupakan satu dari empat Onder District di wilayah Distrik Cilegon di bawah pemerintahan seorang Wedana.
Menurut Djajadiningrat tahun 1996, Bojonegara memiliki arti ‘Negeri Orang Bajo (Bajak Laut),’ sampai abad ke-20 ada sebuah pulau yang terletak di timur Teluk Kejangkungan yang dikenal dengan nama Tanjung Bajo.
Mengenai nama Bojonegara yang memiiki arti ‘Negeri orang Bajo’, berdasarkan cerita rakyat, asal mula kedatangan bajak laut dinegeri tersebut, berawal dari cerita Kesultanan Banten, yang pada masa itu memiliki kekuasaan yang sangat besar.
Di tempat tersebut, Sultan Banten memerintahkan para abdinya yang mempunyai perahu, untuk berdiam dan mengamati Selat Sunda agar jangan sampai ada kapal-kapal musuh mengarungi selat tersebut tanpa sepengetahuan Sultan Banten.
Baca Juga: Mengenal Asal Usul Tirtayasa Kabupaten Serang, Nama Raja Banten Sang Perencana Pembangunan Pertanian
Namun, perintah tersebut ternyata tidak dilaksanakan. Para abdinya justru hidup sangat bebas melakukan berbagai aktivitas keseharian menangkap ikan sebagai mata pencahariannya.
Bahkan, sebagian dari mereka memanfaatkan tempat tersebut sebagai basis untuk merampok di lautan.
Hal tersebutlah yang menjadi asal mula Bojonegara dikatakan sebagai Negerinya para bajak laut atau perompak. Pada masa itu, akibat abdi-abdinya Sultan Banten banyak yang menjadi seorang perompak yang digambarkan sebagai abdi yang Biadab.
Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Banten, Pusat Kerajaan Islam dan Negeri Para Jawara
Hal itu menyebabkan beberapa desa dekat pantai di timur Tanjung Pujut tersebut, memiliki nama yang tidak pantas seperti Desa Cibaga yang memiliki arti alat kelamin perempuan, dan Desa Pangorengan yang memiliki arti penyakit kulit.***