Mengenal Asal usul Nama Walantaka Serang, Sepucuk Meriam Milik Kerajaan Banten, Simpan Kisah Sunan Gunung Jati

31 Maret 2021, 20:27 WIB
Lukisan menara dan masjid banten tempo dulu. /KITLV36A48/Clercq, J.H.W. le, 1845

KABAR BANTEN - Walantaka merupakan salah satu kecamatan yang berada dalam daerah administrasi Kota Serang, tepatnya terletak di sebelah tenggara Kota Serang.

Sebagai daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Serang, Walantaka ini letaknya di pertengahan berbatasan dengan pusat perekonomian Kabupaten Serang yakni tidak jauh dari pasar Ciruas.

Sebagai salah satu daerah yang masuk dalam wilayah administrasi Kota Serang yang dulunya terkenal dengan persawahan, hingga kini Walantaka juga masuk sebagai salah satu daerah di Kota Serang yang masih memiliki lahan persawahan.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Merak Cilegon, Diambil dari Nama Hewan, Terdapat Pelabuhan yang Kaya akan Nilai Sejarah

Dilansir Kabar-Banten.com dari buku Toponimi Nama-Nama Tempat Berdasarkan Cerita Rakyat, sebagai Dokumentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten tahun 2014 yang disusun oleh Juliadi dan Neli Wachyudin, nama Walantaka sendiri diambil dari nama Kalantaka.

Berdasarkan cerita rakyat, Kalantaka ini adalah nama sepucuk meriam yang pernah dimiliki oleh kerajaan Banten,yang mana dalam Babad Banten diceritakan bahwa Ki Kalantaka ini merupakan satu dari dua meriam yang dirampas dari kapal oleh orang Parenggi (Eropa) atas perintah mangkubumi.

Pada peristiwa peperangan antara Banten dengan sebuah armada Belanda sebesar 11 buah kapal yang menyusun dalam satu barisan dari pulo lima sampai pulo dua, meriam ini dipercayakan kepada Pangeran Lor untuk jaga dan di pergunakan dalam menembak musuh.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Dalung, Permukiman Tua Masa Kerajaan Banten Girang, Terkenal dengan Daluang Pohon Kertas

Sementara, selain berasal dari nama meriam Ki Kalantaka, berdasarkan cerita versi lainnya, nama Walantaka berkaitan dengan kisah perjalanan Sunan Gunung Jati dari Cirebon ke Banten dalam rangka menyebarkan ajaran agama Islam di pulau Jawa bagian Barat.

Singkat cerita, dalam proses perjalanan yang cukup memakan waktu, Sunan Gunung Jati memerintahkan rombongannya untuk berisitirahat sejenak ditempat pesanggrahan (peristirahatan).

Setelahnya, perjalanan dilanjutkan ke arah barat tujuan Banten Girang yang dahulu merupakan pusat kerajaan bercorak Hindu Budha di wilayah barat Pulau Jawa.

Ditengah perjalanan, kemudian Sunan Gunung Jati menanyakan berapa lama perjalanann yang sudah di tempuh kepada salah seorang ponggawanya (pengawal).

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Tanjung Lesung Pandeglang, Legenda Cinta Jelmaan Lutung dan Dewi Padi

Ponggawa pun langsung menghitung lamanya perjalan dan memberitahukan kepada Sunan Gunung Jati bahwa perjalanan yang sudah ditempuh dari Cirebon selama satu bulan.

Mendengar itu, Sunan Gunung Jati pun menimpalinya dengan kalimat (bahasa Cirebon), ‘Ooh jadi sewulan nembe teka’ yang memiliki arti oh sebulan baru sampai.

Ucapan sewulan nembe teka yang dilantunkan Sunan Gunung Jati di tempat pesanggrahan itulah, kemudian menjadi dasar nama Wulanteka yang seiring berkembangnya zaman pengucapan Wulanteka tersebut berubah menjadi Walantaka.***

Editor: Kasiridho

Tags

Terkini

Terpopuler