Miris! Usaha Bangkrut Akibat Pandemi, Sejumlah Warga Lebak Pilih Mengais Sampah di TPA Dengung

15 April 2021, 16:45 WIB
Sejumlah pemulung di TPA Dengung. /Purnama Irawan/Kabar Banten

KABAR BANTEN - TPA Dengung di Desa Sindangmulya, Kecamatan Maja bukan hanya menjadi tempat penampungan sampah tetapi juga menjadi tempat mengais rezeki bagi para pemulung. Para pemulung mengais rezeki dari mengumpulkan sampah bernilai ekonomis untuk kemudian dijual kepada pengepul.

"Jumlah pemulung di TPA Dengung saat ini bertambah banyak. Pasca pandemi Covid-19," kata Tarja, Warga Cijalur, Desa Sindangmulya, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, kepada KabarBanten.com, Rabu, 14 April 2021.

Pandemi Covid-19 berdampak buruk terhadap semua sektor usaha. Termasuk usaha jasa bengkel tambal ban sepeda motor miliknya.

Baca Juga: Sampah TPA Dengung Dibiarkan Menggunung tak Terurus, Kabupaten Lebak Terancam Gagal Pertahankan Adipura

"Semenjak pandemi Covid-19, usaha tambal ban saya bangkut karena sepi. Biasa sehari dapat Rp300 ribu inimah sama sekali enggak dapet sementara kebutuhan hidup terus berlanjut karena kan punya anak, punya tanggungan bayar ini, itu ya intinya setiap hari kan butuh makan," katanya.

Sepinya orang tambal ban, akhirnya Ia memutuskan menutup usaha sudah dirintis  selama puluhan tahun lamanya. Penutupan dilakukan karena sudah sama sekali tidak memiliki penghasilan.

"Mau beralih ke usaha lain kan butuh modal. Ada yang tanpa modal tapi bisa menghasilkan uang ya menjadi pemulung," katanya

Menjadi pemulung, diungkapkan Tarja, menjadi pilihan terakhir karena sudah tidak memiliki pekerjaan lagi. Kebetulan istri juga mendukung.

Baca Juga: TPA Dengung Penuhi Syarat Standar Nasional

"Akhirnya saya bareng istri menjadi pemulung dari semenjak Covid-19. Ya alhamdulilah kalaupun tiap hari harus bergerumul dengan sampah ada tambahan penghasilan buat ekonomi keluarga," katanya.

Tarja mengaku, kalau rizkinya sedang bagus sehari dapat uang Rp70 ribu. Kalau dihitung rata - rata perharinya dapat Rp 50 ribu.

"Kita mulai mulungin sampah itu kalau hari biasa dari pagi sampe sore. Sedangkan kalau di bulan puasa Ramadan, setelah shalat Subuh itu langsung berangkat dan jam 11 WIB itu sudah istirahat nanti lanjut lagi sore, karena kan kalau siang panas, nanti enggak kuat puasa," katanya.

Pemulung lainnya Ace, selaku warga Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang mengaku, kalau sebelumnya ia sehari-hari berjualan bakso keliling.

"Dulu saya jualan bakso keliling, setiap hari dapat untung Rp200 ribu. Namun karena Pandemi Covid-19, gak bisa jualan lagi," katanya.

Ace mengatakan, dirinya tidak bisa jualan lagi karena biasanya mangkal di sekolah-sekolah. Sedangkan sekarang karena Covid-19 banyak sekolah tutup.

Baca Juga: Di Sekitar TPA Rawa Kucing, DPRD Kota Tangerang Desak Pemkot Relokasi Warga, Ada Apa?

"Sehingga karena Covid-19 saya gak punya penghasilan lagi. Ya mau enggak mau akhirnya saya pilih menjadi pemulung," katanya.

Ace berharap, Covid-19 dapat segera berakhir. Dirinya sudah tidak sabar ingin kembali memulai usaha jualan bakso lagi.

"Menjadi pemulung ini dibutuhkan tenaga ekstra. Kita harus kuat tanah panas dan tahan penyakit," katanya.***

Editor: Yandri Adiyanda

Tags

Terkini

Terpopuler