KABAR BANTEN - Diduga stress, seorang pria berinisial ES, warga lingkungan Jombang Masjid, Kelurahan Jombangwetan Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, melakukan penyerangan terhadap Imam Masjid Nurul Ikhlas Cilegon, Senin 5 September 2021.
Aksi penyerangan ES terhadap Imam Masjid Nurul Ikhlas Ustaz Idris tersebut beredar dan ramai diperbincangkan masyarakat di media sosial.
Dalam video berdurasi 1.42 detik tergambar jelas kronologi penyerangan terhadap Imam Masjid Nurul Ikhlas tersebut.
Salah satu anggota Kodim 0623 Cilegon, Kalinus menjelaskan kronologis kejadian itu terjadi pada pukul 18.00 WIB, saat melaksanakan ibadah shalat Maghrib berjamaah di Masjid Nurul Ikhlas.
Pria yang diduga stress tersebut masuk tanpa mengenakan pakaian normal.
“Saat itu, Imam Masjid Ustaz Idris hendak melaksanakan rakaat akhir, tiba-tiba ada seseorang masuk ke dalam masjid sambil teriak- teriak . Disini siapa yang orang muslim, lawan saya dan berapa banyak sini maju lawan saya,” kata anggota Kodim 0623 tersebut menirukan ucapan pelaku, Selasa 7 September 2021.
Baca Juga: 6 Destinasi Wisata di Sekitar Pelabuhan Merak, Murah dan Banyak Spot Instagramable
Dia mengatakan, orang tersebut langsung dipegang oleh jemaah dan anggota Kodim 0623 yang sedang melaksanakan shalat.
“Dari hasil penyelidikan anggota Kodim Cilegon, penyerangan tersebut dikarenakan yang bersangkutan ingin mati syahid. Dan diduga pelaku juga mengalami gangguan jiwa,” ujarnya.
Ia menambahkan, pelaku sudah diketahui identitasnya dan sudah dilaporkan kepada pihak Polsek Cilegon untuk penanganan lebih lanjut.
“Diduga pelaku kondisinya dalam keadaan stres, identitasnya berinisial ES (35) Warga Kelurahan Jombang Wetan, Kecamatan Cilegon Kota Cilegon Banten,” tuturnya.
Informasi yang berhasil dihimpun, pelaku percobaan penyerangan Imam Masjid tersebut, diketahui bekerja ditoko bangunan material disamping Masjid Nurul Ikhlas.
Namun, pelaku sudah diliburkan sejak pandemi Covid-19, dan baru 3 hari yang lalu mulai bekerja kembali.
Itupun dalam seminggu, pria yang menyerang Imam Masjid Nurul Ikhlas Cilegon itu, hanya tiga hari bekerja, sehingga tidak mencukupi biaya kehidupan sehari–hari dan biaya persiapan istrinya akan melahirkan.***