Sosok Misterius Penguasa Pulau Jawa, Sabdo Palon dan Naya Genggong, Benarkah Ini Wujudnya?

16 Desember 2021, 05:00 WIB
Sabdo Palon sosok misterius penguasa Pulau Jawa, dari namanya mirip dengan sosok Semar di pewayangan dengan bentuk wujudnya yang unik. /Instagram.com/@sabdopalon_official

KABAR BANTEN-Siapa Sabdo Palon dan Naya Genggong, yang juga turut memberi ramalan tentang hari depan tanah Jawa selain Prabu Jayabaya.

Bahkan, nama Sabdo Palon dan Naya Genggong dari dulu jauh lebih santer diperbincangkan ketimbang Prabu Jayabaya.

Namun Sabdo Palon dan Naya Genggong merupakan dua sosok misterius, berbeda dengan Prabu Jayabaya yang riwayatnya bisa ditelusuri secara pasti sebagai raja Kediri.

Dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari berbagai sumber, ada yang menyebut bahwa Sabdo Palon dan Naya Genggong adalah punakawan atau penasehat spiritual dari Prabu Kerthabhumi atau Brawijaya V, penguasa terakhir Majapahit.

Baca Juga: Angkernya Pulau Jawa, hingga Lahir Perjanjian Sabdo Palon, Kesepakatan Syekh Subakir dan Ki Semar Badrayana

Dalam Serat Sabdo Palon, memuat perbincangan terakhir antara kedua sosok tersebut dengan sang prabu mengenai masa depan bumi Jawa. Untuk kemudian, pergi meninggalkan tanah Jawa.

Namun ada juga yang menyebut keduanya menuju Jawa bagian selatan, antara moksa di Gunung Merapi atau Gunung Tidar yang menjadi tempat Syekh Subakir dalam menumbali tanah Jawa.

Diceritakan pada masa dahulu, Pulau Jawa terkenal angker dan dikuasai roh halus Ki Semar Badrayana. Sampai kemudian datang Syekh Subakir, yang diutus sultan Turki Sultan Muhammad I untuk syiar Agama Islam di tanah Jawa.

Saat itu, tanah Jawa merupakan sebuah tempat yang dalam pengaruh magis begitu kuat.  Mulai dari jin hingga setan, menghuni setiap sudutnya yang saat itu masih berbentuk hutan belantara.

Sesampainya di Pulau Jawa, Syekh Subakir langsung menuju ke Gunung Tidar yang diyakini sebagai titik pusat dari tanah Jawa. Di puncak gunung ini, Syekh Subakir memasang tumbal berupa batu hitam yang sudah dirajah.

Dari sinilah Syekh Subakir dikenal sebagai orang yang berhasil menumbali Pulau Jawa, yang terkenal angker dan wingit pada dahulu kala.

Namun kedatangan Syekh Subakir dalam melakukan syiar Islam di Pulau Jawa itu, mendapat rintangan dari Ki Semar Badrayana sebagai roh halus sebagai danyang atau penguasa wilayah.

Hingga keduanya terlibat pertempuran. Namun karena sama-sama kuat, Syekh Subakir dan Ki Semar Badrayana akhirnya membuat kesepakatan melalui sebuah perjanjian yang disebut Sabdo Palon.

Baca Juga: 5 Gunung Paling Angker di Pulau Jawa, 2 Diantaranya Berada di Jawa Barat, Keangkerannya Mirip Segitiga Bermuda

Berikut empat perjanjian Sabdo Palon, antara Syekh Subakir dan Ki Semar Badrayana:

1. Penyebaran ajaran Islam tidak boleh dilakukan dengan cara paksaan apalagi dengan jalan peperangan.

Penyebaran Islam di tanah Jawa harus dilakukan dengan cara halus dan memberikan keleluasaan bagi penduduk Jawa untuk memilih masuk ke dalam agama Islam atau tetap meyakini kepercayaan sebelumnya.

2. Akulturasi antara Islam dengan budaya Jawa dalam pendirian tempat peribadatan. Meskipun tempat peribadatan tersebut dari luar memiliki gaya asli Jawa, namun di dalamnya ajaran-ajaran Islam disebarluaskan.

3. Kerajaan Islam diperbolehkan berdiri di tanah Jawa. Tapi, raja pertama haruslah anak campuran. Maksudnya orang tua sang raja memiliki campuran agama. jika bapak Hindu, ibu Islam. Sebaliknya jika bapak Islam, ibu Hindu.

4. Tidak boleh mengubah orang Jawa menjadi orang yang kearab-araban. Biarkanlah padi tetap ditanam di sawah dan kurma tetap ditanam di padang pasir.

Lalu seperti apa wujud Ki Semar Badrayana, yang dari namanya sangat familiar yang dalam tokoh pewayangan dikenal dengan nama Semar.

Wujud fisiknya, sangat unik dengan tubuhnya yang bulat, mata sembab tetapi selalu tersenyum. Meski berwajah tua, namun potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil. Ia berkelamin laki-laki, tetapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita.

Baca Juga: Menumbali Pulau Jawa, Kesaktian Syekh Subakir, Ulama Besar Wali Songo Pertama Penyebar Islam di Nusantara

Tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1437.

Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama Sadewa dari keluarga Pandewa, dengan peran tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.***

Editor: Yadi Jayasantika

Tags

Terkini

Terpopuler