KABAR BANTEN-Kota Cilegon bukan hanya dikenal sebagai kota industri, namun daerah yang kini dipimpin Helldy Agustian tersebut terdapat berbagai macam objek vital negara.
Namun letak Kota Cilegon yang berada di ujung barat Pulau Jawa dan di tepi Selat Sunda, menyimpan potensi bahaya yang cukup besar.
Selain Zona Megathrust berstatus rawan gempa bumi dan tsunami, Kota Cilegon juga dikelilingi potensi gempa bumi dan tsunami dari sumber lainnya.
Bukan hanya Zona Graben Selat Sunda dan Gunung Anak Krakatau, namun juga Zona Sesar Mentawai, Semangko, dan Ujung Kulon berstatus rawan gempa bumi dan tsunami.
Jika gempa terjadi di Zona Megathrust Selat Sunda, maka terdapat potensi kekuatan gempa hingga mencapai magnitudo 8,7.
Diperkirakan, kawasan Kota Cilegon akan terdampak dengan tingkat intensitas guncangan VI-VII MMI, yang dapat menimbulkan kerusakan ringan, sedang hingga berat.
Bukan hanya itu, dengan kekuatan maksimum magnitudo 8.7 berpotensi genangan tertinggi yang diperkirakan mencapai 8,28 meter yaitu di sekitar kawasan Pelabuhan Merak Banten atau mungkin tenggelam.
Dengan posisi pelabuhan yang berada pada Teluk yang menghadap celah sempit (selat) berseberangan dengan Pulau Merak Besar, memungkinkan terjadinya amplifikasi atau penguatan gelombang tsunami di lokasi tersebut.
Adapun genangan tsunami diperkirakan mencapai jarak maksimum sekitar 1,5 km dari tepi pantai di Kelurahan Tegal Ratu, Kecamatan Ciwandan.
Selain itu, Kelurahan Warnasari, Kecamatan Citangkil di Kota Cilegon, yang merupakan kawasan yang landai.
Bukan hanya ancaman gelombang tinggi yang berpotensi menimbulkan genangan air, namun ada ancaman lebih berbahaya yakni bencana ikutannya.
"Bencana ikutan akibat gempabumi dan tsunami juga berpotensi terjadi di kawasan industri Cilegon," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari laman resmi BMKG.
Bencana Ikutan itu berupa kebakaran, sebaran zat kimia yang berbahaya, ledakan akibat bahan kimia, ataupun tumpahan minyak.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam pertemuannya dengan Gubernur Banten Wahidin Halim baru-baru ini, merekomendasikan untuk segera membangun dan memperkuat sistem mitigasi gempabumi dan tsunami.
Selain melalui upaya penyiapan sarana evakuasi (sirine, jalur, rambu, tempat evakuasi), juga command center, serta edukasi dan latihan rutin untuk seluruh masyarakat, pengelola industri dan pariwisata.
"Perlu juga segera disusun SOP Bersama, yang melibatkan seluruh elemen dan pihak," ujarnya.
Mulai dari Pemerintah Daerah, industri, Rumah Sakit dan Pariwisata, untuk dapat melakukan respon cepat.
"Mengingat potensi bahaya ikutan di kawasan strategis Cilegon sangat tinggi," jelasnya.***