Didorong Jadi Wisata Baru, Masyarakat Pesisir Tangerang Dilatih Cara Kembangkan Mangrove dan Ekowisata

31 Agustus 2022, 12:41 WIB
Lokakarya pemanfaatan dan pemeliharaan skala kawasan Desa Ketapang, Kabupaten Tangerang sebagai kawasan mangrove dan Ekowisata. /Kabar Banten /Dewi Agustini

KABAR BANTEN - Ditetapkan sebagai kawasan konservasi mangrove dan ekowisata Ketapang, Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang menjadi daya tarik sejumlah lembaga dan organisasi internasional.

Melihat hal itu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) turut membantu kembangkan Desa Ketapang melalui Lokakarya Pemanfaatan dan Pemeliharaan Skala Kawasan.

Kegiatan yang digelar di Auditorium Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Kabupaten Tangerang selama 30 Agustus - 2 September 2022 ini, diikuti masyarakat desa setempat.

Wakil Rektor III UMT, Enawar mengatakan,.kegiatan ini merupakan program pengabdian UMT kepada masyarakat dan penelitian bersama antara dosen dan mahasiswa untuk berkolaborasi membangun Desa Ketapang.

Lokakarya ini mendapat banyak dukungan mulai dari Politeknik Banten, Pemkab Tangerang dan masyarakat setempat. Bahkan masyarakat yang sangat antusias dan siap menerima pengetahuan baru.

"Melalui lokakarya ini, diharapkan kekuatan alam yang sekarang dimiliki Desa Ketapang, menumbuhkan dan menciptakan kesadaran serta kesejahteraan baru. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga kita harus berupaya bersama-sama membangun itu semua,” tuturnya, Rabu 31 Agustus 2022.

Asisten Daerah (Asda) I Bidang Pemerintah dan Kesra Kabupaten Tangerang Sutisna mengharapkan dengan adanya kegiatan tersebut
masyarakat Desa Ketapang mendapat pengetahuan tentang cara mengelola kawasannya sendiri, terutama mangrove.

Apalagi saat ini Desa Ketapang ditetapkan sebagai kawasan konservasi mangrove dan ekowisata Ketapang Aquaculture yang menjadi daya tarik lembaga dan organisasi internasional.

"Mudah-mudahan masyarakat bisa lebih paham mengenai pemeliharaan dan pemberdayaan mangrove. Juga masyarakat bisa sadar bahwa mangrove adalah bagian dari Desa Ketapang,” paparnya.

Sutisna juga berharap agar kedepannya Desa Ketapang ini bisa menjadi desa wisata, karena letaknya yang cukup indah di bibir pantai.

“Walaupun masih banyak kekurangannya seperti kesadaran masyarakat terutama soal sampah, semoga ke depan bisa jadi lebih baik,” imbuhnya.

Wakil Direktur III Politeknik Pelayaran Banten Abdul Rachman mengatakan potensi aquaculture di Desa Ketapang ini sangat besar dan merupakan berkah yang luar biasa karena diberikan alam yang sangat indah.

"Diharapkan setelah program ini bisa lebih memanfaatkan alam di sekitar Ketapang, juga bisa menjadi tempat wisata baru. Kegiatan ini juga harus keberlanjutan,” ujarnya.

Kasie Wilayah II Balai Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Banten Ruslian menjelaskan kegiatan ini merupakan pintu pembuka bagi pihaknya untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah untuk penataan kawasan.

“Kita bekerja sama dengan pemda seperti apa penataannya, seperti apa yang masyarakat butuhkan. Kawasan ini sudah beberapa kali kami kunjungi dan diapresiasi oleh kementerian dan lembaga bahkan dari lembaga luar negeri," jelasnya.

Menurut dia, materi pelatihan yang diberikan UMT sudah komprehensif, hanya tinggal pengaplikasiannya. Ia berharap dengan adanya pengembangan infrastruktur nantinya akan menarik investor ke desa ini.***

Editor: Kasiridho

Tags

Terkini

Terpopuler