Sempat Jadi Kebanggaan, Floating Air Mancur di Lebak Kini Seperti 'Rongsokan'

24 September 2020, 20:43 WIB
Boks floating air mancur di Balong Ranca Lentah, Rangkasbitung tampak mengambang. Sudah hampir satu tahun air mancur itu tak berfungsi.* /Galuh Malpiana/

KABAR BANTEN - Floating air mancur yang berada di Balong Ranca Lentah, Rangkasbitung sempat menjadi kebanggaan bagi warga Kabupaten Lebak. Hampir setiap malam, warga selalu melihat indahanya pemandangan air mancur menari itu.

Namun itu dulu, sekarang pemandangan air mancur itu tak bisa disaksikan warga. Karena, saat ini air mancur itu sudah tidak berfungsi lagi. Yang bisa dilihat sekarang adalah sebuah boks mengambang seperti 'rongsokan'.

"Nggak tahu, rusak atau kenapa yah?. Sudah lama nggak liat air mancur itu berfungsi," kata salah seorang warga sekitar Balong Ranca Lentah, Umairoh, Kamis 24 September 2020.

Ia mengatakan, air mancur itu berfungsi hanya sebentar, kurang lebih hanya sekitar satu bulan. Setelah itu, entah kenapa air mancur tak berfungsi lagi.

"Sekitar satu bulanan lah berfungsinya. Setelah itu nggak nyala lagi sampai sekarang," ucapnya.

Baca Juga : Tingkatkan Akuntabilitas Keuangan, SMK MoU dengan Kejari Lebak

Salah seorang aktivis di Lebak, Farid menilai, upaya pemerintah daerah menciptakan destinasi wisata ikonik di Lebak dinilai telah gagal. Sebab, floating air mancur yang seharusnya bisa menjadi andalan wisata, kini sudah tidak bisa difungsikan dengan baik.

"Keberadaan floating air mancur kini tak ubahnya hanya sebatas menjadi barang rongsokan. Karena, saat ini sudah tidak bisa di fungsikan," kata Farid.

Menurutnya, anggaran yang telah dikucurkan Bank BJB melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp 754.500.000 kepada pemerintah daerah cukup besar. Artinya, melihat kondisi floating air mancur seperti itu, pemerintah daerah dinilai hanya menghambur- hamburkan anggaran.

"Anggarannya cukup besar. Katanya keberadaan floating air mancur itu sebagai ikonik wisata. Tetapi, paktanya mubazir seperti itu," katanya.

Jika faktanya seperti itu, kata dia, ada baiknya dana CSR sebaiknya dialokasikan untuk sektor rill yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Hal itu, tentu sangat miris, karena faktanya air mancur itu terbengkalai seperti itu.

"Apa manfaatnya?. Melihat dari aspek ikon wisata, faktanya seperti itu. Lebih baiknya ya CSR sebaiknya dialoksikan untuk sektor rill saja," ucapnya.

Baca Juga : Masih Bingung Apa Itu Deals Sekitarmu ShopeePay? Simak Tips & Triknya

Ia menerangkan, pemberian dana CSR tersebut jelas sudah melenceng jauh dari substansi. Karena sejatinya, CSR itu bukan hanya sekedar donasi atau bersifat charity, tetapiprogram CSR harus berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

“Bukankah CSR dalam pengelolaanya harus sesuai dengan ISO 26000, harus dilaksanakan dengan pendekatan pembangunan secara berkelanjutan. Bukan malah dibangun hanya untuk memanjakan visualisasi pejabat dan kelompok tertentu. Kami berharap program CSR tdapat menyentuh aspek kesejahteraan masyarakat," paparnya.

Ia mengaku prihatin atas kebijakan yang ditempuh pemerintah daerah yang terburu-buru dalam mengambil keputusan menggunakan anggaran CSR yang begitu besarnya hanya untuk dibelikan air mancur.

Kebijakanan itu jelas-jelas jauh dari mensejahterkan atau membantu perekonomian masyarakat.

"Saya tentu prihatin atas hal ini. Karena saya sebagai warga Lebak dan selaku aktivis di Lebak tentu sangat miris melihat kebijakan yang menurut saya kurang tepat," tegasnya.

Dana CSR sebesar itu sebaiknya digunakan untuk membangun perekonomian masyarakat, seperti mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMK). Itu lebih baik dan pasti akan bermanfaat bagi masyarakat.

"Semoga ke depan dana CSR dapat dirasakan oleh masyarakat," ujarnya.***

Editor: Kasiridho

Tags

Terkini

Terpopuler