Pilar Saga Sebut Biaya Tinggi Jadi Kendala Utama Terapkan Konsep Bangunan Hijau

16 Juni 2024, 06:24 WIB
Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan bicara tantangan penerapan bangunan hijau. /Tangkap layar instagram/@pilarsaga_official./

KABAR BANTEN - Wakil Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Pilar Saga Ichsan mengungkap berbagai kendala dalam penerapan konsep bangunan hijau.

Pilar Saga Ichsan menyebut, biaya tinggi menjadi penghalang utama dalam menerapkan konsep bangunan hijau.

"Biaya yang tinggi untuk teknologi hijau menjadi penghalang utama," kata Pilar Saga Ichsan, dalam Forum Diskusi Nusantara yang diselenggarakan oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Banten di Nusantara Hall, ICE BSD, Kabupaten Tangerang pada Jumat 14 Juni 2024.

Baca Juga: Kandidat Calon Gubernur Banten Janji Perhatikan Kota Serang, Airin: Tambah Ruang Terbuka Hijau

Pilar mengungkapkan, biaya investasi awal yang tinggi sering menjadi hambatan bagi banyak pihak untuk mengadopsi teknologi dan praktik ramah lingkungan dalam konstruksi bangunan.

Selain biaya mahal, tantangan utama dalam menerapkan konsep ramah lingkungan juga yaitu kurangnya kesadaran dan pemahaman di kalangan masyarakat dan pelaku pembangunan tentang mengenai pentingnya bangunan hijau.

“Tidak bisa dipungkiri, banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya bangunan hijau dan bagaimana hal ini bisa berdampak positif pada lingkungan dan kesehatan," kata Pilar, dilansir dari tangerangselatankota.go.id.

Menurutnya, dalam bangunan hijau agar tercapai dengan optimal adalah penyelenggaraannya tidak mengesampingkan desain aktif, desain pasif, penggunaan energi terbarukan, dan perubahan perilaku masyarakat sebagai pengguna ataupun pengembang.

“Tantangan lainnya yang penting untuk dikerjakan bersama adalah mengenai implementasi bangunan nol emisi karbon, baik dari kapasitas stakeholdernya, tenaga ahlinya, sistem yang mendukung implementasi ini di daerah, teknologi dan materialnya, bahkan informasi tentang manfaat bangunan nol emisi karbon ini pun belum tersedia dengan baik,” ucapnya.

Pilar mengungkap potensi besar yang dimiliki Tangsel dalam mengembangkan bangunan hijau. 

Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan partisipasi aktif dari berbagai pihak, kata dia, Tangsel bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam penerapan bangunan hijau.

“Potensi Tangsel dalam mengembangkan bangunan hijau sangat besar. Dengan kebijakan yang mendukung serta partisipasi dari masyarakat dan pengembang, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan," ujarnya.

"Ini juga sejalan dengan RPJM kita yang fokus pada pembangunan berkelanjutan," kata dia menambahkan.

Oleh karena itu, Pemkot Tangsel telah mengambil beberapa langkah konkret untuk mendorong penerapan bangunan hijau, termasuk penyusunan regulasi, pemberian insentif bagi pengembang dan pemilik yang menerapkan prinsip bangunan hijau.

Pemerintah juga berencana untuk meningkatkan program sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya bangunan hijau.

“Pemerintah sudah menyusun regulasi yang mendukung penerapan bangunan hijau dan memberikan insentif bagi pengembang yang mematuhi standar ini. Selain itu, kita akan gencar melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat,” kata Pilar.

Terkait sertifikasi Bangunan Gedung Hijau (BGH), Pilar menegaskan pentingnya standar yang jelas dan pelaksanaan sertifikasi yang konsisten untuk memastikan setiap bangunan memenuhi kriteria bangunan hijau. 

Baca Juga: Produsen Kemasan Aseptik Ramah Lingkungan Pertama di Indonesia Hadir di Cikande Kabupaten Serang Banten

Sertifikasi ini tidak hanya meningkatkan nilai bangunan tetapi juga memberikan jaminan kualitas dan keberlanjutan.

“Sertifikasi bangunan hijau sangat penting untuk memastikan standar yang jelas dan konsisten. Hal ini akan memberikan jaminan kualitas dan keberlanjutan bagi setiap bangunan yang dibangun,” tuturnya.***

Editor: Rifki Suharyadi

Tags

Terkini

Terpopuler