Sosok KH Abuya Dimyati, Ulama Kharismatik yang Bikin Kapolda Banten Kagum

- 23 Januari 2021, 13:42 WIB
Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto saat ziarah ke makam KH Abuya Dimyati Jumat 22 Januari 2021.
Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto saat ziarah ke makam KH Abuya Dimyati Jumat 22 Januari 2021. /Dok. Bidang Humas Polda Banten

Setelah bersekolah di Verpolg School, selain masih mengaji dengan ayahnya, Abuya juga mengaji kepada KH Zuhdi (menntu Kiai Madjid). Tamat dari Verpolg pada tahun 1936, para gurunya menyarankan Abuya untuk melanjutkan ke HIS, namun Abuya memilih mengaji di pesantren sesuai dengan pilihan ayahnya.

Pada tahun 1942 Abuya melanjutkan sekolah di Pesantren Kadupeusing, Kelurahan Kabayan, Kecamatan Pandeglang, Banten, di bawah asuhan Abuya KH Tubagus Abdul Halim bin KH Tubagus Muhammad Amin dengan beberapa asistennya, seperti KH As‘aduddin, KH Muslim, dan KH Ace Syazili.

Baca Juga : Kunjungi Baduy, ‎Kapolda Banten Irjen ‎Rudy ‎Terima Golok Surangkal ‎dari Jaro Saija

Abuya Dimyati belajar di Pesantren Kadupeusing hingga tahun 1949 dan memperoleh ijazah Thariqah al-Qadiriyyah wan-Naqsyabandiyyah yang kedua dari Abuya Abdul Halim, setelah sebelumnya menerima ijazah yang sama dari ayahnya, KH Muhammad Amin.

Ijazah selanjutnya yang diterima Abuya Dimyati antara lain ijazah Thariqah asy-Syaziliyyah dari Mbah Dalhar di Watucongol, Muntilan, serta ijazah Hizb, Shalawat al-Ism al-A‘zham, Shalawat Basyarul Khairat atau ijazah shalawat lainnya dari Mbah Abdul Malik, Purwokerto.

Perjalanan Abuya Dimyati menyusuri Pulau Jawa terus dilakukan, menyeberang ke Pulau Madura hingga tiba di Pulau Lombok. Di Lombok, Abuya berniat menyeberang ke Sumbawa kemudian ke Mekah, namun niatnya batal dan Abuya Dimyati memutuskan kembali ke Lasem untuk berguru kepada KH Baidlowi. Di Lasem inilah Abuya Dimyati menghafal Al-Qur'an 30 juz dalam waktu empat bulan.

Baca Juga : Buka Warung Jumat dan Gelar Silaturahmi, Polres Serang Implementasikan Program 'Pendekar Banten'

Dalam menerapkan tahfiz Qur`an kepada para santrinya, Abuya Dimyati mengharuskan terlebih dahulu belajar kitab salaf secara mendalam sebelum menghafal Al-Qur`an. Menurutnya, ketika seseorang terlebih dahulu menghafal Al-Qur`an sebelum pandai memahami dan mengkaji kitab salaf maka ia tidak akan maksimal mempelajari Al-Qur'an.

Abuya Dimyati wafat pada 3 Oktober 2003 (7 Sya‘ban 1424 H) dalam usia 78 tahun.

Karya Abuya yang telah dicetak di Pesantren Raudatul ‘Ulum Cidahu adalah Minhaj al-Istifa fi Khashaish Hizb an-Nashr wa Hizb al-Ikhfa, al-Hadiyyah al-Jalaliyyah fi ath-Thariqah asy-Syaziliyyah, Ashl al-Qadr fi Khashaish Fadlail Ahl Badr, Rasm al-Qashr fi Khashaish Hizb an-Nashr, Bahjah al-Qalaid fi ‘Ilm al-‘Aqaid, Nur al-Hidayah fi Ba‘d ash-Shalawat ‘ala Khair al-Bariyyah, dan Majmu‘ah al-Khutab. Selain karya tersebut, sebuah karya berjudul Madad al-Hakam al-Matin musnah dalam musibah kebakaran kediamannya pada tahun 1987.***

Halaman:

Editor: Maksuni Husen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x