Jelang Berbuka Puasa Ramadan, Dentuman Meriam Masjid Al A'Raaf Getarkan Bumi Rangkasbitung

- 13 April 2021, 21:59 WIB
Petugas Masjid Al A'Raaf Rangkasbitung bersiap membunyikan dentuman meriam sebagai tanda memasuki waktu berbuka puasa Ramadan, Selasa, 13 April 2021.
Petugas Masjid Al A'Raaf Rangkasbitung bersiap membunyikan dentuman meriam sebagai tanda memasuki waktu berbuka puasa Ramadan, Selasa, 13 April 2021. /Kabar Banten/Purnama Irawan

KABAR BANTEN - Bunyi dentuman meriam Masjid Al A'Raaf menggetarkan bumi Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Bunyi dentuman meriam tersebut akan menggelegar setiap kali mendekati waktu berbuka puasa dan imsak selama bulan Ramadan.

Bunyi dentuman meriam Masjid Al A'Raaf akan terdengar sampai radius 2 kilometer. 

Jumlah meriam saat ini ada dua buah yang terbuat dari tiang listrik dan satu lagi dari PT Krakatau Steel.

Kedua meriam itu sebetulnya meriam duplikat dari meriam pertama yang ada yaitu Si Jagur yang saat ini berada di Jakarta. Meriam Si Jagur dentuman-nya terdengar sampai radius 10 kilometer.

Namun, saat ini sudah tidak ada karena dibawa ke Jakarta. Pada saat ini DKM Al A'raaf menggunakan meriam duplikatnya yang terbuat dari besi tiang listrik dan besi dari PT KS.

"Setiap kali bulan puasa, kita menyalakan dua buah meriam yang ada. Untuk menandai waktu berbuka puasa dan waktu imsak," kata petugas yang menyalakan meriam Masjid Al A'Raaf Rangkasbitung, Candra, Selasa, 13 April 2021.

Baca Juga: Terapkan Protokol Kesehatan, Masjid Al A'Raaf Rangkasbitung Gelar Salat Tarawih Perdana Ramadan 1442 H

Menurut dia, menyalakan meriam sudah menjadi tradisi setiap memasuki bulan Ramadan. Dinyalakan setiap kali 2 menit menjelang waktu berbuka puasa dan waktu imsak.

"Pada Ramadan 1442 Hijriah kali ini sedikit berbeda dalam menyalakan meriam. Tidak dua buah atau dua kali tapi hanya satu meriam saja," katanya.

Meriam yang dinyalakan hanya satu saja tidak lagi dua kali. Sehingga dentuman-nya hanya sekali tedengar tidak saling bersahutan sebanyak dua kali," katanya.

Kalau pada tahun sebelum pandemi Covid-19 dua buah meriam dinyalakan dalam waktu bersamaan. Baik itu di waktu buka puasa maupun waktu sahur.

"Tapi karena pandemi Covid-19 jadi yang dinyalakan cuman 1 kali saja. Karena keterbatasan anggaran," katanya.

Baca Juga: Tidur Lama Saat Puasa Ramadan, Bernilai Ibadah kah? Ustaz Abdul Somad Angkat Bicara

Anggaran terbatas karena sekarang ini keuangan dari DKM. Kalau sebelumnya itu ada pos anggarannya dari PHBI.

"Namun karena pandemi Covid-19, kegiatan PHBI ditiadakan. Sehingga anggaran untuk menyalakan meriam dari DKM aja," katanya.

Candra mengungkapkan, setiap kali menyalakan meriam tidak menghabiskan sebanyak 1 kilo karbit. Kalau 1 kilo karbit itu cukup buat tiga hari.

"Jadi sekitar 300 gram lebih karbit kita masukkan ke dalam meriam 10 menit sebelum disulut pakai api. Kemudian kasih air satu gelas, selanjutnya setelah mau dua menit menjelang buka puasa kita bersiap-siap nyalakan api terus begitu sudah tepat waktu berbuka puasa, sumbu meriam langsung kita bakar pakai api," katanya.

Begitu sumbu meriam dibakar pakai api, maka suara dentuman meriam akan menggelegar menggetarkan bumi Rangkasbitung.

"Karena kecil, bunyi meriam hanya terdengar sampai radius sekira 2 kilometer.  Kita nyalakan setiap kali mau buka puasa dan imsak selama bulan Ramadan," katanya.

Baca Juga: Jalani Puasa di bulan Ramadan, Begini Sejumlah Fakta Menarik yang Terjadi pada Tubuh

Salah satu warga Rangkasbitung, Eni (62) mengaku, pada saat kecil dirinya bersama teman setiap kali bulan puasa rutin bermain di Masjid Al A'raaf.

"Yang paling seneng itu menunggu waktu meriam dinyalakan. Kalau sudah dinyalakan itu buat kita senang karena pertanda waktu buka puasa," katanya.

Sementara itu, M Didi Ali Subandi warga Rangkasbitung lainnya mengaku, kalau melihat meriam karbit dinyalakan ingat waktu masa kecil.

"Ingat waktu kecil pas Ramadan nunggu meriam karbit di Masjid Al A'Raaf. Sudah itu lari ke rumah ntuk buka puasa," katanya.***

Editor: Kasiridho


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah