“Kebetulan pada saat Putri Ong Tien memasuki wilayah Banten, dahulu penguasanya adalah Sultan Syarif Hidayatullah, lalu singkat cerita, Putri Ong Tien dan Sultan Syarif Hidayatullah pun akhirnya menikah,” ujarnya menjelaskan.
Setelah menikah, Putri Ong Tien di boyong ke Cirebon, lalu bergabunglah dengan Walisongo, lalu singkat cerita Sultan Syarif Hidayatullah dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.
Sementara, anak buahnya putri Ong Tien yang berjumlah 3500 orang membentuk komunitas Tionghoa, yang bermukin didekat Karang Antu yang bernama Kampung Baru.
Sebagaimana disebutkan diatas, dariseluruh pengikut Putri Ong Tien ini, terbagi dua ada yang berpindah memeluk agama Islam, ada juga masih mempertahankan keyakinannya memeluk agama Budha.
Namun, meski demikian, sebagaimana bukti sejarahnya dapat kita lihat dengan berdirinya Vihara didekat Masjid Pacinan Tinggi (Masjid Bersejarah yang didirikan pengikut Putri Ong Tien beragama Islam), menandakan betapa tingginya sikap tolerasi rakyat Banten sejak dahulu.
Pada abad ke-17, Banten pernah mengalami Pandemi seperti pandemi Corona yang terjadi sekarang yang menyebabkan banyak orang meninggal.
Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Gunung Pinang, Tempat Pertapaan Masa Awal Berdirinya Kerajaan Islam Banten
Lalu, Masaji Menjelaskan, Patung Dewi Kwan Im (patung peninggalan bersejarah yang sampai sekarang masih berada di Vihara Avalokitesvara), oleh Kanjeng Sultan di minta untuk dibawa upacara keliling kampung sebagai ritual tolak balak, dan betapa dirasakannya kebesaran dari dewi Kwan Im, pandemi yang terjadi tersebutpun dapat reda.
“Betapa bergembiranya Sultan, melihat rakyatnya dapat terhindar dari Pandemi, Sultan pun menghibahkan sebidang tanah didepan cukuwek, lalu pada tahun 1774, di pindahkanlah Vihara dari desa Dermayon ke Kampung Pamarican.