Sementara, ayam Prabu Pucuk Umum diberi nama Jalak Rawe.
Pada masa itu, saat peristiwa sabu ayam, selalu diiringi dengan irama gendang yang saling bertautan.
Layaknya masa sekarang, dalam setiap pertarungan tentu akan ada suporternya.
Begitupun pada masa dahulu, juga ada suporter yang mengiringi atau meramaikan pertarungan tersebut, dengan turut menari-nari.
Nah, begitulah awal mulai Kesenian Patingtung berasal.
Awal mulanya memang Kesenian Patingtung ini diciptakan untuk mengiringi permainan sabung ayam.
Namun, dalam proses perkembangannya, setelah agama Islam menjadi agama yang dominan dianut warga Banten, Kesenian Patingtung ini berkembang menjadi seni pertunjukan.
Tentu, seni pertunjukan ini ditampilkan untuk menjadi media dalam menghibur masyarakat.